TEMPO.CO, Jakarta - Menjelang senja demonstrasi menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja yang digelar kelompok ANAK NKRI berakhir ricuh. Polisi mengejar massa hingga ke kawasan Kwitang, Jakarta Pusat.
Massa yang berlarian masuk ke perkampungan diberondong gas air mata. Warga perkampungan yang awalnya menonton massa akhirnya ikut kocar kacir karena melihat pasukan berseragam hitam terus merangsek.
"Mereka menembak bukan ke atas (udara) lagi, tapi ke arah rumah warga," ujar Ketua RT 02 RW 01 Kwitang Syahruddin ketika ditemui Tempo pada Rabu dini hari, 14 Oktober 2020.
Selongsong gas air mata dan peluru karet yang ditemukan warga RT 02 RW 01 Kwitang, Jakarta Pusat, setelah polisi memburu demonstran yang masuk ke kampung-kampung pada Selasa malam, 13 Oktober 2020. TEMPO/Putri.
Syahruddin mengatakan, beberapa perempuan dan anak-anak harus dibawa ke rumah sakit lantaran terpapar gas air mata. Ia berujar, tembakan-tembakan tersebut baru berhenti sekitar pukul 22.00 WIB. Menurut dia, penembakan serupa juga berlangsung di sekitar Masjid Al-Riyadh Kwitang yang lokasinya berdekatan dengan makam Habib Ali Alhabsyi. Di tempat itu, para demonstran sedang beristirahat.
Bukan cuma gas air mata, polisi juga diduga menembaki demonstran dan warga dengan peluru karet. Salah satu korban peluru karet itu adalah anak Syahruddin. Pemuda 26 tahun tersebut tertembak di bagian punggung saat hendak menutup portal ke Jalan Kwitang.
"Sakitnya sampai ke tulang," kata dia.
Pada Selasa lalu, Aliansi Nasional Anti Komunis (ANAK NKRI) yang terdiri dari organisasi seperti Persaudaraan Alumni 212, Front Pembela Islam, dan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama melakukan unjuk rasa penolakan UU Cipta Kerja di Jakarta. Aksi tersebut berakhir dengan kerusuhan sejak menjelang malam.
Kekerasan oleh aparat pun dialami oleh empat relawan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC). Pada malam itu, para relawan ditugaskan di depan Apartemen Fresher Menteng, Jakarta Pusat yang bersebelahan dengan kantor PP Muhammadiyah untuk mengantisipasi jika ada korban jatuh dalam unjuk rasa.
"Selang beberapa saat, datanglah rombongan Resmob Polda Metro Jaya dari arah Hotel Treva, Cikini, langsung menyerang relawan dan beberapa warga yang ada di halaman Apartemen Fresher Menteng," ujar Ketua MDMC, Budi Setiawan dalam keterangan tertulisnya yang diterima Tempo pada Rabu, 14 Oktober 2020.