TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin Agung Korea Utara, Kim Jong Un, punya hadiah istimewa untuk perayaan Ulang Tahun Partai Buruh Ke-75, sebuah rudal. Bukan rudal biasa, tetapi rudal balistik antar-benua (Intercontinental Ballistic Missile, ICBM) yang masih hangat dari dapur pengembangan misil Korea Utara.
Tampil pada perayaan yang digelar pada Sabtu pekan lalu, 10 Oktober 2020 , rudal itu langsung menarik perhatian banyak pihak. Ukurannya raksasa, sampai harus diarak di alun-alun Kim Il Sung dengan truk transporter erector launche (TEL) 22 roda. Dalam sejarahnya, tidak pernah ada ICBM Korea Utara yang sampai harus dibawa dengan TEL 22 roda.
Sebagai perbandingan, Hwasong-15, rudal balistik dengan daya jelajah 12.874 kilometer, dibawa dengan TEL 18 roda. Dengan kata lain, ICBM baru tanpa nama tersebut 20 persen lebih panjang dibanding rudal andalan Korea Utara saat ini. Menurut pandangan mata seorang pakar, panjang ICBM itu kurang lebih 26 meter dengan diameter 3 meter alias yang terbesar di dunia.
"Senjata ini ditujukan sebagai pencegah (Perang) dan tidak ditujukan secara spesifik kepada negara manapun," ujar Kim Jong Un menjelaskan tujuan di balik pengembangan ICBM tersebut.
Pemimpin Agung Korea Utara Kim Jong memperkenalkan Rudal Balistik Antar Benua yang diyakini bisa menyasar beberapa target sekaligus (Sumber: KCNA)
Akhir 2019, Kim Jong Un memang sudah menyatakan bahwa ia tidak akan mematikan program pengembangan misil atau nuklir Korea Utara. Alasannya, program tersebut dibutuhkan sebagai pencegah perang, agar Korea Utara memiliki modal bertahan. Namun, jika melihat hubungan Korea Utara dan Amerika akhir-akhir ini perihal denuklirisasi, ada tujuan lain di balik rudal ICBM tersebut.
Tujuan pertama, memperlihatkan betapa majunya pengembangan rudal Korea Utara. Korea Utara giat menggelar tes senjata rudal pada beberapa tahun terakhir. Dalam sebulan, mereka terpantau bisa menguji rudal hingga dua kali. Bahkan, menurut Washington Post tiga tahun lalu, Korut sudah bisa membuat hulu ledak nuklir cukup kecil untuk dimasukkan ke dalam rudalnya.
Lewat memperlihatkan majunya dapur pengembangan rudal mereka, Korea Utara ingin menegaskan bahwa mereka kekuatan yang patut diperhitungkan. Spesifiknya, mereka ingin membalas klaim Amerika bahwa ancaman rudal dan nuklir dari Korea Utara sudah tertangani. Padahal, denuklirisasi Korea Utara dan Amerika yang diperjuangkan sejak 2018 belum ada hasilnya hingga sekarang.
"Pidato Kim Jong Un memang tidak mengancam Amerika, tetapi melabeli kekuatan nuklir Korea Utara sebagai bentuk pertahanan. Pesannya jelas, membalas klaim AS," ujar mantan agen CIA dan pakar pertahanan dari Heritage Foundation, Bruce Klingner, dikutip dari Reuters.
Melissa Hanham, Deputi Direktur dari Open Nuclear Network menyatakan hal senada. Ia berkata, tanpa Korea Utara harus terang-terangan mengancam, Amerika sudah harus waspada dengan rudal ICBM terbaru Kim Jong Un. Sebab, apabila menimbang ukuran, biaya, dan teknologi Korut saat ini, maka ICBM baru tersebut berpotensi mampu menyerang beberapa target sekaligus (Mutiple Independent Re-entry Vehicles, MIRV).
Rudal Hwasong-15 Korea Utara yang diklaim menjangkau daratan Amerika. Kredit: Daily Mail
Hanham berkata, rudal Hwasong-15, secara spesifikasi, sudah mampu menyasar Amerika apabila diperlukan. Logikanya, ujar Hanham, pengembangan selanjutnya bukan daya jelajah melainkan kemampuan membawa beberapa hulu ledak sekaligus. Hal itu, secara biaya dan praktik, lebih mudah.
"Anggap satu rudal ICBM Korea Utara bisa membawa 3-4 hulu ledak, maka kita membutuhkan 12-16 rudal interceptor untuk salah satunya. Terakhir kali Amerika membeli 14 rudal interceptor, mereka menghabiskan US$1 miliar," ujar Hanham.
Tujuan pertama sudah tercapai sejauh ini. Tak lama setelah Kim Jong Un memperkenalkan ICBM terbarunya, Pemerintah Amerika langsung merespon. Lewat pernyataan resmi, mereka menyatakan kecewa terhadap Korea Utara karena masih melanjutkan pengembangan nuklir dan rudal balistiknya.
"Amerika tetap berkomitmen untuk mewujudkan visi Presiden Donald Trump dan Kim Jong Un yang ditetapkan di Singapura dan mengimbau Korea Utara untuk kembali melakukan negosiasi terkait upaya denuklirisasi," ujar pernyataan Pemerintah Amerika.
Tujuan kedua Korea Utara yaitu menaikkan daya tawar terhadap Amerika. Analis senior dari Australia Strategic Policy Institute, Malcolm Davis, berpendapat bahwa apa yang dicari Korea Utara bukan hanya menangkal pertahanan Amerika, tetapi kelonggaran atas sanksi yang dijatuhkan ke mereka.
Amerika diketahui menjatuhkan sejumlah sanksi ke Korea Utara. Salah satunya, melarang perusahaan untuk berbisnis dengan Korea Utara, terutama dalam hal-hal yang berkaitan dengan pertahanan. Selain itu, juga melarang perdagangan energi dan mineral dengan Korea Utara. Padahal, sektor energi adalah salah satu sumber pemasukan terbesar Korea Utara.
Ekspresi Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un saat menghadiri peringatan Ulang Tahun ke-75 Partai Buruh di Korea Utara, 10 Oktober 2020. Adapun aksi memamerkan rudal Korea Utara tersebut merupakan yang pertama kalinya bagi Kim Jong Un sejak 2018. KCNA via REUTERS
Davis berkata, Kim Jong Un tidak terang-terangan mengancam Amerika karena ia masih membutuhkan hubungan dengan negeri Paman Sam. Di sisi lain, ia juga ingin menaikkan daya tawar demi sanksi dilonggarkan. Itulah kenapa, kata ia, Kim Jong Un menekankan ICBM-nya sebagai pertahanan, bukan sebagai ancaman di pidatonya.
Apa langkah Kim Jong Un berikutnya tergantung pada Pilpres Amerika. Siapa yang memenanginya akan menentukan langkah berikutnya. Memamerkan ICBM hanyalah fondasi. "Dia mengirimkan pesan baik kepada inkumben Donald Trump dan capres Joe Biden bahwa Korea Utara tetaplah negara dengan senjata nuklir."
"Implikasi dari ICBM baru, krisis bisa tercipta apabila Korea Utara kemudian memutuskan untuk mengujinya, terlepas siapapun di ruang oval Gedung Putih. Ancaman nuklir (Korea Utara) belum akan hilang," ujar Davis mengakhiri.
ISTMAN MP | REUTERS | WASHINGTON POST | JAPANTIMES
https://www.reuters.com/article/us-northkorea-missiles-analysis-idUSKBN26W0CJ
https://www.japantimes.co.jp/news/2020/10/12/asia-pacific/north-korea-new-missile/