TEMPO.CO, Jakarta -Politik sektarian di Lebanon telah ditunggapi para elit korup untuk tetap berkuasa di tengah multi krisis yang membawa negara ini ke tepi jurang kehancuran.
Negara mungil di Timur Tengah ini sedang menghadapi multi krisis mulai dari ekonomi, politik, kelaparan, kemiskinan akut, pengangguran parah, lingkungan hidup, dan terbaru, diterjang pandemi Covid-19.
Berbagai krisis ini mengguncang Lebanon sejak tahun 2019 dan mencapai titik kulminasinya saat ini.
Peristiwa ledakan dahsyat sebanyak 2.750 ton amonium nitrat di pelabuhan Beirut pada 4 Agustus lalu menjadi tabir yang membuka mata dunia tentang betapa hancurnya negara kelahiran penyair legendaris dunia, Khalil Gibran.
Sampai-sampai rakyat Lebanon menggelar demonstrasi memohon bantuan Prancis, negara yang pernah menjajah negara itu, untuk membantu membenahi negara mereka keluar dari keterpurukan panjang.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyaksikan kerusakan bangunan di lokasi ledakan di pelabuhan Beirut, Lebanon, Kamis, 6 Agustus 2020. Akibat ledakan yang dirasakan hingga belasan kilometer ini, sekitar 300.000 orang terpaksa mengungsi karena rumahnya rusak. Thibault Camus Pool via REUTERS
Presiden Prancis