"Itu indikasi kerugian lebih pada administrasi pencatatan," kata pengajar di Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti ini. Sebab jika yang kena adalah operasional, kata Pri, tidak mungkin semester pertama rugi, lalu pada Juli langsung untung.
Menurut Pri Agung, kerugian ini kemungkinan hanya terjadi karena faktor waktu atau timing dalam mengalokasikan biaya. Untuk itu, kata dia, perlu dicek lebih lanjut, apakah ada alokasi belanja modal (capex) yang besar sepanjang semester pertama 2020.
Selain karena penurunan ICP, kerugian Pertamina juga terjadi karena pelemahan nilai tukar rupiah. Pada awal Maret 2020, nilai tukar atau kurs rupiah memang masih berada di posisi Rp 14.222 per dolar Amerika Serikat, berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollat Date atau Jisdor.
Kurs kemudian mencapai posisi terlemah pada 2 April 2020 ke posisi Rp 16.741 per dollar AS. Tapi tren itu tidak berlangsung lama. Hari ini, rupiah berada di posisi Rp 14.818 per dolar AS. Adapun untuk penyebab kerugian ketiga yaitu penurunan penjualan, sudah berbalik menghasilkan tren yang meningkat sejak Mei 2020 kemarin.
Di tengah kondisi ini, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati tetap optimistis perusahaannya bisa membukukan keuntungan, di sisa bulan yang ada di 2020. Setidaknya, ada 9 langkah yang ditempuh Pertamina sampai akhir tahun ini. Rinciannya yaitu:
- Efisiensi biaya modal (capex) dan biaya operasional (opex) hingga US$ 4,7 miliar. Capex dihemat hingga 23 persen atau US$ 1,7 miliar dan opex hingga 30 persen atau US$ 3 miliar).
- Menjaga produksi minyak dan gas untuk menekan impor
- Optimalisasi program Pertamina loyalty dan program diskon untuk meningkatkan pendapatan
- Renegosiasi kontrak dengan mata uang asing untuk dibayar menggunakan rupiah
- Efisiensi konsumsi energi dengan mengganti penggunaan refinery fuel dengan natural gas atau PLN
- Menurunkan Integrated Port Time untuk menurunkan Beban Pokok Penjualan (BPP)
- Transformasi digital seperti digitalisasi SPBU dan centralised procurement
- Inventory Build Up dengan manajemen Time to Buy pada saat harga minyak rendah
- Melakukan mitigasi risiko selisih kurs dan meningkatkan kinerja cash flow