"Saya bukan orang kafir…Tapi kelaparan adalah kafir," kata seorang pemuda Lebanon sebelum bunuh diri pada Juli tahun ini.
Kasus bunuh dirinya adalah yang keempat yang tercatat di Beirut dalam waktu kurang dari 24 jam. Bunuh diri telah dikaitkan dengan keputusasaan atas gejolak sosial-ekonomi yang mendalam di Lebanon, menurut The Arab Weekly.
Juru bicara Pasukan Keamanan Dalam Negeri Lebanon tidak dapat memberikan angka pasti, tetapi mereka mengonfirmasi bahwa tingkat bunuh diri meningkat tahun ini. Tahun lalu, Pasukan Keamanan Dalam Negeri mencatat 171 kasus bunuh diri dari mereka yang berusia antara 18 dan 29 tahun, kurang dari setengah jumlah tahun ini, menurut laporan media dan data tidak resmi.
Pemerintah Lebanon pada April menyetujui rencana reformasi ekonomi untuk menyelamatkan negara dari krisis yang parah.
Lebanon meminta bantuan dari Dana Moneter Internasional (IMF) untuk membantu negara itu menemukan jalan keluar dari krisis keuangan berdasarkan rencana penyelamatan lima tahun pemerintah, kata Perdana Menteri Hassan Diab, dikutip dari Asharq Al-Awsat.
Pembicaraan dengan IMF pada Mei ditunda karena kelambanan reformasi dan perselisihan antara pemerintah, bank, dan politisi, mengenai skala kerugian finansial yang besar. Rakyat Lebanon pun sudah terlanjur geram dengan pemerintah.
Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab berbicara di istana pemerintah di Beirut, Lebanon, 10 Agustus 2020. [Tele Liban / Handout melalui REUTERS]
Menjelang pengunduran diri kabinet Hassan Diab, demonstrasi meletus untuk hari ketiga di pusat Beirut, dengan beberapa pengunjuk rasa melemparkan batu ke arah pasukan keamanan yang menjaga pintu masuk menuju gedung parlemen.
Bagi banyak warga Lebanon, ledakan di Beirut adalah pukulan terakhir dalam krisis berkepanjangan atas keruntuhan ekonomi, korupsi, pemborosan, dan pemerintahan yang tidak berfungsi, dan mereka turun ke jalan menuntut perubahan sampai ke akarnya.
"Seluruh rezim perlu diubah. Tidak akan ada bedanya jika ada pemerintahan baru," kata Joe Haddad, seorang insinyur Beirut, mengatakan kepada Reuters.
Sistem pemerintahan mengharuskan Presiden Aoun untuk berkonsultasi dengan blok parlemen tentang siapa yang harus menjadi perdana menteri berikutnya, dan dia berkewajiban untuk menunjuk kandidat dengan tingkat dukungan terbesar di antara anggota parlemen.
Membentuk pemerintahan di tengah perpecahan faksi telah menjadi momok. Sekarang, dengan meningkatnya ketidakpuasan publik terhadap elit penguasa atas ledakan tersebut dan krisis keuangan yang menghancurkan, mungkin sulit untuk menemukan kandidat yang bersedia menjadi perdana menteri.
Setelah mantan perdana menteri Saad Hariri mengundurkan diri pada Oktober 2019 di tengah protes anti-pemerintah atas dugaan korupsi dan salah urus, butuh lebih dari dua bulan untuk membentuk pemerintahan Hassan Diab.
Protes anti-pemerintah Lebanon dalam dua hari terakhir menjadi demonstrasi terbesar sejak Oktober, ketika rakyat yang marah memprotes krisis Lebanon yang berakar pada korupsi yang merajalela, salah urus, serta tidak adanya akuntabilitas tingkat tinggi di kalangan oligarki dan elit politik.