TEMPO.CO, Jakarta - Cerita menarik barusan muncul dari Solo, kotanya Presiden Jokowi. Persaingan Gibran Rakabuming Raka versus Achmad Purnomo memasuki babak baru.
Pada Sabtu malam lalu, 6 Juni 2020, DPC PDI Perjuangan menolak pengunduran diri Achmad Purnomo, Wakil Wali Kota Solo, dari Calon Wali Kota dalam Pilkada 2020.
Dia memang direkomendasikan oleh DPC PDIP menjadi calon wali kota dalam pilkada nanti. Purnomo berebut rekomendasi DPP PDIP dengan putra Jokowi, Gibran Rakabuming Raka.
“Menolak permohonan pengunduran diri dari Bp. Achmad Purnomo sebagai Bakal Calon Wali Kota Surakarta,” demikian poin pertama surat pernyataan DPC PDIP yang diteken ketuanya, FX Hadi Rudyatmo.
Poin selanjutnya adalah DPC PDIP Solo tetap setia dan taat serta menunggu rekomendasi dari DPP PDIP untuk pasangan calon wali kota dan wakil wali kota.
Keputusan DPC PDIP tersebut jelas membuat kubu Gibran Jokowi tersentak.
Akhir April lalu, mereka bungah ketika mendengar bahwa Purnomo mengundurkan diri dari pencalonan. Kini, bandul politik berubah sehingga membuat keseimbangan baru.
Seorang anggota tim sukses Gibran Jokowi tetap yakin bahwa Purnomo mundur dari pencalonan alias tak akan sampai ke Pilkada Solo 2020.
“Cuma karena mandatnya (pencalonan Purnomo) dari DPC, makanya tidak diizinkan (mengundurkan diri),” ucapnya kepada Tempo hari ini, Senin, 8 Juni 2020.
Ketika itu, Purnomo mengumumkan akan mundur dan segera membuat surat resmi dirinya kepada PDI Perjuangan. Dia pun menyatakan telah memberitahukan rencana tersebut kepada Ketua PDIP Solo FX Hadi Rudyatmo, yang juga Wali Kota Solo.
"Namun pemberitahuannya baru lisan," kata Purnomo pada Jumat, 24 April 2020.
Dia beralasan harus fokus menangani wabah Covid-19 yang bisa saja berlangsung lama. Maka tidak etis jika dia sebagai Wakil Wali Kota Solo memikirkan pilkada dalam kondisi wabah.
"Saya tidak sampai hati."
Rudyatmo membenarkan telah diajak bicara Purnomo. Dia pun menunggu surat pemberitahuan resmi dari koleganya itu.
"Saya sangat mendukung keputusan itu," ucapnya kala itu.
Rupanya sekitar sebulan kemudian angin politik di Solo berubah. Purnomo pun baru pada 28 Mei 2020 menyerahka surat pengunduran diri kepada Rudyatmo,.
Tak lama berselang, DPC Solo “nggondeli” atau tak mau begitu saja membiarkan Purnomo meninggalkan gelanggang pagi-pagi.
Apa sebab?
Bendahara DPC PDIP Solo Joni Sofyan Erwandi buru-buru menyatakan tidak ada agenda politik apapun dibalik keputusan pengurus tersebut.
Menurut dia, DPC PDIP hanya ingin menjaga semangat juang Purnomo.
“Enggak boleh belum apa-apa di tengah jalan mundur. Itu bukan kader partai yang loyal dan gigih,” ujar Joni kepada Tempo Senin malam ini.
Dia tak bisa menghindar dari kenyataan bahwa dinamika politik di Kota Solo memanas karena muncul dua kubu: Gibran Jokowi dan Purnomo.
Gibran anak RI-1, sedangkan Purnomo adalah Wakil Wali Kota Solo yang dekat dengan Rudyatmo.
Meski begitu, kader-kader banteng tetap menunggu apapun rekomendasi DPP PDIP yang merupakan keputusan Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDIP.
"Kalau salah satu (Gibran atau Purnomo) tidak mendapat rekomendasi, tidak akan ada yang mencalonkan dari partai lain. Begitu komitmennya.”
Panasnya hawa politik di Solo pun disinggung oleh Gibran.
Dalam acara deklarasi dukungan DPC Projo Solo pada Februari 2020, putra sulung Presiden Jokowi itu berpesan kepada pendukungnya agar tidak bergesekan dengan Purnomo dan Rudyatmo.
“Karena Pak Rudy juga guru saya,” ucapnya.
Pengumuman calon dari PDIP dijanjikan muncul sekitar sebulan lagi. Menurut Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat, Megawati sudah mengantongi nama Calon Wali Kota Solo.
“Insya Allah akan diumumkan pada Juli,” ujarnya.
Seorang pejabat teras DPP PDIP sejak awal tahun ini mengabarkan bahwa Gibran Jokowi yang akan maju dalam Pilkada 2020.
“Bukan Purnomo, nanti Gibran-Teguh,” ucapnya kepada Tempo, Januari 2020.
Teguh yang dimaksud adalah Teguh Prakosa. Dia kader tulen PDIP dan bekas Ketua DPRD Solo.
Kini, anggota DPRD Solo itu digandeng Purnomo untuk menjadi calon wakilnya dalam Pilkada Solo 2020.
Adapun Gibran tidak mengajukan sekondan dalam pencalonan yang diajukannya via DPP PDIP ketika itu.
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, berpendapat PDIP harus hati-hati memilih antara Gibran dan Purnomo untuk menghindari dinamika politik selanjutnya.
“Karena potensial terjadi gejolak jika Purnomo tereliminasi. Penolakan pengunduran dirinya bukti sahih PDIP Solo total ke Purnomo,” ujar Adi.
DEWI NURITA - JOBPIE S.