Pembatalan keberangkatan haji itu bukan hanya membuat jemaah mesti legawa menunda rencananya, sejumlah pelaku usaha yang menggantungkan hidupnya pada hajatan setahun sekali itu juga terimbas. Pelaku biro perjalanan umrah dan haji, misalnya, harus melanjutkan 'mati surinya' setelah sebelumnya umrah juga ditutup aksesnya oleh Arab Saudi pada awal tahun lalu. "Istilahnya amsyong," kata Ketua Umum Sarikat Penyelenggara Umrah dan Haji Syam Resfiadi kepada Tempo.
Meski pemberangkatan tahun ini dibatalkan, Syam menyarankan para jemaah haji tidak membatalkan kepesertaannya dalam haji. "Jika dibatalkan, jemaah akan kena konsekuensi biaya pembatalan, maka kami menyarankan jemaah tetap mengikuti aturan Kemenag ini sehingga menggunakan kesempatan keberangkatan pada tahun 1442 H," ujar dia.
Seperti halnya biro perjalanan haji, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk juga bersiap kehilangan pemasukan akibat kebijakan ini. Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra pun mulai memutar otak guna mencari pundi-pundi lain untuk perseroan.
Berdasarkan laporan perseroan, kegiatan haji setiap tahun menyumbang setidaknya 10 persen bagi penerimaan maskapai pelat merah itu. "Ya kami cari pendapatan dari tempat lain," ujar Irfan kepada Tempo, Selasa, 2 Juni 2020.
Tahun ini, perseroan sebenarnya sudah menyiapkan 16 pesawat untuk penerbangan haji 2020. Armada yang disiapkan adalah pesawat berbadan lebar tipe Boeing 777 dan Airbus. Sedianya, Garuda akan melayani 268 kloter penerbangan. Kini, persiapan yang sudah dilakukan pun dibatalkan.
Meski begitu, Irfan mengatakan pihaknya telah memasukkan skenario pembatalan pengiriman jemaah haji 2020 dalam antisipasi bisnis perusahaan. “Hal-hal ini (pembatalan pengiriman jemaah haji) sudah kami antisipasi sebelumnya,” kata dia.
Irfan juga menyebutkan, pembatalan haji lebih ringan dibandingkan pembatalan penerbangan yang dilakukan pemerintah sebelumnya. Pasalnya dalam pembatalan penerbangan haji, Garuda tidak menyimpan uang masyarakat yang harus dikembalikan jika penerbangan dibatalkan.
Namun demikian, situasi ini menambah panjang nestapa perseroan setelah sebelumnya kehilangan pemasukan dari ditutupnya aktivitas umrah ke Tanah Suci. Kala itu, Irfan mengatakan penutupan umrah adalah pukulan yang menyebabkan pendapatan perseroan merosot signifikan.
Pembatalan ibadah haji bagi jemaah dari Indonesia juga diperkirakan membuat kinerja perusahaan semakin tertekan. Pasalnya, musim liburan sekolah dan perayaan Idul Fitri sepanjang Mei-Juni tahun ini yang biasanya dimanfaatkan untuk melakukan perjalanan udara juga ditiadakan sebagai pencegahan penyebaran virus Corona atau Covid-19.
Dilansir dari Antara, Irfan mengatakan pendapatan perseroan tahun ini anjlok 90 persen akibat pandemi. Sebab, dalam kondisi ini sekitar 70 persen pesawat dikandangkan akibat sejumlah rute tidak beroperasi.