Narasi hidup bersama Covid-19 dan new normal itu sangat mudah digaungkan dan orang memang mau berdamai dengan Covid-19. “Tapi apakah Covid-19 mau berdamai dengan kita? Itu yang perlu diuji," kata Saleh ketika dihubungi, Senin, 18 Mei 2020.
Pakar epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Budi Haryanto, tak menampik pelonggaran perlu dilakukan. Selain alasan ekonomi, Budi juga menilik alasan psikososial menyangkut dampak stres yang dialami masyarakat. "Perangnya jangka panjang, jadi kalau kita tetap bertahan di rumah, pemasukan ekonomi menghidupi keluarga dan sebagainya bagaimana," kata Budi kepada Tempo, Senin, 18 Mei 2020.
Budi mengingatkan pemberlakuan new normal bukannya tanpa syarat. Ada dua hal yang menjadi catatan. Budi mengatakan, pemerintah harus menekan angka kasus Covid-19 terlebih dulu.
Ia mencontohkan Cina yang berhasil menekan angka kasus hingga penambahan kasus harian berkisar 30-40 saja. Jika penambahan kasus di angka itu, menurut Budi, Covid-19 dapat dianggap seperti suatu penyakit seperti penyakit lain. Seperti HIV, demam berdarah, atau ISPA.
"Harus ditekan sampai segitu dulu sambil tetap kita harus berperilaku social distancing," kata Budi. Menekan kasus artinya memperbanyak pengujian dan penelusuran terhadap orang-orang yang mungkin terinfeksi Covid-19. Langkah-langkah itu harus paralel dilakukan jika pemerintah ingin menerapkan relaksasi.