Bhima mensinyalir, lambatnya impor gula ini terjadi karena menteri terkait trauma terhadap data 2018 yang fantastis. Padahal, di masa pandemi corona global di mana hambatan impor begitu banyak, kekhawatiran tak semestinya terjadi. Ujung-ujungnya justru hanya membuat harga tak terkendali dan mengerek laju inflasi.
Di samping trauma itu, Bhima menilai defisit ini juga didorong oleh keterlambatan pendataan terhadap stok berbagai komoditas. Saat ini, pendataan valid dan canggih hanya berlaku untuk komoditas beras dengan sistem Kerangka Sampai Area (KSA) yang dijalankan Badan Pusat Statistik atau BPS. "Sedangkan untuk komoditas lain seperti gula, jagung, bawang merah, bawang putih belum secanggih beras. Jadi percepatan pendataan pasokan pangan yang valid dan akurat serta satu rumah data di bawah BPS menjadi penting," kata Bhima.
Kolega Bhima di Indef, Bustanul Arifin, mengatakan pemerintah seharusnya bisa mengantisipasi kendala ini dengan menjalin kerja sama bilateral secara G to G maupun B to B dengan negara-negara eksportir. "Administrasi impor di dalam negeri wajib saling mendukung untuk itu," tuturnya.
Solusi lain, pemerintah sedari awal semestinya menggenjot produksi dalam negeri. Peningkatan ini bisa dilakukan dengan pemberian insentif kepada petani hingga bantuan sosial khususnya di masa pandemi agar produksi tetap terjaga.
Sejalan dengan hal itu, pengamat ekonomi dari Perbanas Institute, Piter Abdullah, mengatakan pemerintah sama sekali tak mengantongi strategi yang kuat untuk mengantisipasi ancaman pasokan pangan. Bahkan, ia menuding, selama ini ketahanan pangan hanyalah slogan alias tong kosong.
Anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat, Darori Wonodipuro, mengatakan, risiko defisit pangan ini berhubungan dengan ketidakmampuan pemerintah dalam menghitung total konsumsi masyarakat dan produksi komoditas yang dihasilkan oleh petani. Politikus Partai Gerindra ini juga menyangsikan para menteri terkait yang selalu yakin bahwa pasokan bahan pangan dalam negeri akan cukup hingga Mei. "Pemerintah sejak awal April bilang semua komoditas akan cukup. Tahu-tahu gula hilang dari pasaran," ujar dia saat dihubungi pada Kamis, 30 April 2020.