Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ani Ruspitawati menyebut total pasien positif di Jakarta mencapai 2.819 orang. Angka ini tercatat per 17 April 2020. Dari jumlah itu, 248 orang meninggal dan 204 orang dinyatakan sembuh. Untuk perbandingan per bulan, pasien positif pada 17 Maret sebanyak 25 orang.
Dalam laman corona.jakarta.go.id menunjukkan, data pasien positif corona sejak 10 April sampai hari ini naik-turun. Secara berturut-turut jumlahnya 91 orang (10 April), 93 orang (11 April), 179 orang (12 April), 160 orang (13 April), 107 orang (14 April), 98 orang (15 April), 223 orang (16 April), dan 153 orang (17 April).
Sementara jumlah pasien meninggal pada 10 April tercatat hanya 1 orang. Angka ini kemudian melonjak menjadi 12 orang keesokan harinya, 27 orang (12 April), 14 orang (13 April), dan 34 orang (14 April). Satu hari kemudian pasien Covid-19 yang meninggal menurun drastis menjadi 3 orang. Selanjutnya pada 16 dan 17 April sama-sama hanya 2 orang meninggal.
"Kita akan dihadapkan dengan masalah yang lebih besar," ujar Anies merujuk pada data pasien postif di Jakarta yang meningkat sejak 6 Maret.
Selama pandemi virus asal Wuhan, Cina ini beberapa media menyoroti data pemakaman jenazah. Data Dinas Kesehatan DKI memperlihatkan angka pemakaman dengan prosedur tetap (protap) penanganan Covid-19 berkisar 30-50 jenazah per hari. Angka tertinggi adalah 236 jenazah pada 28 Maret.
Sementara itu, saat ini jumlahnya masih serupa sebelum PSBB diterapkan. Pada 10 April terdapat 37 jenazah yang dimakamkan dengan protap Covid-19. Selanjutnya 39 jenazah keesokan harinya. Angka ini meningkat menjadi 52 jenazah pada 12 April. Kemudian 40 jenazah pada 13 April, 46 jenazah pada 14 April, dan 26 jenazah pada 15 April.
Tempo berupaya menanyakan keabsahan data dari Dinas Pertamanan dan Hutan Kota. Dinas Pertamanan dan Hutan Kota yang mengurusi pemakaman jenazah warga. Kepala Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Suzi Marsitawati ogah berkomentar. "Tolong tanya kepada Ketua Gugus Tugas karena kami satu pintu untuk keluar data," ucap dia saat dihubungi, 17 April 2020.
Hingga berita ini diterbitkan belum ada informasi ihwal sakit yang diderita mereka. Tempo menghubungi Dinas Kesehatan tapi tak ada respons.
Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Abdurrahman Suhaimi menilai PSBB di Ibu Kota terlambat diterapkan. Buktinya, angka pasien positif corona dari Jakarta kian bertambah meski kebijakan PSBB sudah berjalan.
Dia berpendapat ada dua persoalan. Pertama, warga masih berkeliaran di tempat umum. Suhaimi mengaku sempat memantau pergerakan warga di hari pertama PSBB. Hasilnya, menurut dia, masih banyak warga yang berkeliaran untuk sekadar nongkrong atau melakukan aktivitas lain.
Karena itu, dia menilai, pemerintah DKI perlu mengedukasi masyarakat soal penerapan PSBB. Jika warga masih bandel, maka perlu ada penertiban oleh aparat, dalam hal ini polisi. "Kalau (PSBB) diterapkan tapi orang masih bergerak ke sana kemari akhirnya tidak efektifnya karena orang masih lalu lalang," jelas politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini.
Meski demikian, dia menuturkan PSBB merupakan langkah terbaik untuk memutus rantai penularan virus corona di Jakarta. Suhaimi pun sepakat PSBB diperpanjang tapi dengan catatan."Harus dievaluasi secara ketat dan menyeluruh sehingga PSBB diperpanjang lebih efektif lagi," ujar dia.