TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Bali Hotel Association (BHA) Ricky Putra mengatakan hampir semua hotel dan restoran di Bali tutup untuk sementara waktu akibat pandemi virus corona Covid-19.
“Satu atau dua bulan ke depan (tutup), sekalian melihat situasi terkini,” kata Ricky saat dihubungi Tempo, Kamis, 2 April 2020. Kalaupun ada hotel atau restoran yang tetap buka dengan okupansi minimum 10 persen, kata dia, maka mereka tetap akan tutup lebih awal dari biasanya.
Menurut Ricky, situasi ini tak lepas dari kebijakan pemerintah yang melarang kunjungan turis asing sementara waktu. Kondisi ini ditambah dengan imbauan bagi turis lokal agar tinggal saja di dalam rumah, untuk menghentikan penyebaran virus. Di tengah situasi ini, Ricky pun meminta agar para General Manager (GM) dan pemilik hotel sebisa mungkin menghindari adanya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Situasi yang sama terjadi di Riau. Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Riau Nofrizal mengatakan okupansi hotel di daerahnya saat ini hanya sekitar 10 sampai 15 persen. Di hari biasa, okupansi bisa mencapai 50 sampai 60 persen. Akibatnya, Nofrizal menyebut kini ada sekitar delapan hotel di Riau yang tutup untuk sementara waktu.
Kendati demikian, dia menyebut sampai sejauh ini belum ada kebijakan PHK dari pengusaha hotel. Masalahnya, para pengusaha tetap berusaha membuka hotel dan restoran di tengah sepinya pengunjung. Namun untuk menutupi biaya operasional setiap bulan, Nofrizal menyebut beberapa pengusaha hotel sedang mempersiapkan surat usulan diskon tagihan listrik kepada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). “Tapi tentu nanti yang memutuskan PLN pusat,” kata dia.
Imbas virus corona tak hanya dirasakan pengusaha hotel swasta. Hotel milik PT Kereta Api Indonesia (Persero) tak luput. Salah satunya Hotel Transit Gambir yang ada di Stasiun Gambir, Jakarta Pusat. Hotel tersebut terpaksa ditutup sementara, sampai dengan waktu yang belum ditentukan. “Okupansi dari hotel ini menurun hingga 40 persen akibat virus corona.
Saat ini, penyebaran virus corona di Indonesia semakin meluas. Awalnya, hanya ada 2 kasus positif virus corona di Indonesia pada Senin, 2 Maret 2020. Tepat hari ini, atau satu bulan setelah kejadian pertama, jumlah kasus meningkat jadi 1.790, 170 orang meninggal dunia dan 112 sembuh. Lonjakan kasus positif corona ini membuat pemerintah menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSSB), sejak 31 Maret 2020.
Di tengah situasi ini, Ketua PHRI Hariyadi Sukamdani juga telah menyampaikan adanya penutupan massal dari sejumlah hotel di Indonesia. "Jadi, masalahnya kan virus itu sendiri, kalau tidak bisa dikendalikan kami tidak bisa apa-apa. Sekarang hotel yang sudah lapor tutup saja 698, lalu di industri lain juga banyak mengeluh karena rame batal order, mal sepi, dan lain sebagainya," katanya, Rabu, 1 April 2020.
Selain itu, dampak dari virus corona ini ternyata tak hanya dirasakan oleh hotel berbintang. Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja Pariwisata Reformasi Sofyan mengatakan hotel kelas melati yang ada di sepanjang Jalan Raya Bogor, Puncak, Cianjur, di Jawa Barat pun harus kehilangan tamu. “Karena banyak masyarakat yang biasa menginap di hotel, mengisolasi diri di rumah,” kata dia.
Walhasil, kenyataan pahit diterima oleh pegawai hotel. Menurut Sofyan, saat ini kurang lebih 200 pekerja harian lepas di 16 hotel yang ada di sekitar daerah Puncak, dirumahkan sementara waktu. Ia belum mengetahui apakah upah para pekerja ini tetap dibayar penuh atau tidak. “Karena pekerja harian lepas, upahnya dibayar dua minggu sekali,” kata dia.
Meski demikian, Sofyan telah meminta anggotanya untuk menolak jika pengusaha hotel mengurangi atau bahkan tidak membayar upah mereka. Sebab, kata Sofyan, Pasal 91 pada UU Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa “pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan antara pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh tidak boleh lebih rendah dari ketentuan pengupahan yang ditetapkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,” kata dia.
Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah menyadari potensi PHK di tengah sepinya hunian hotel saat ini. Saat ini, Ida mengatakan sudah berkomunikasi dengan PHRI maupun serikat pekerja di sektor pariwisata. Proses pendataan dan identifikasi para pekerja yang mengalami PHK atau dirumahkan sementara, sedang berjalan. “Sektor pariwisata adalah di antara sektor yang sejak awal mengalami pukulan akibat Covid-19,” kata dia.
Selain itu, Ida mengatakan program Kartu Prakerja bisa menjadi salah satu bentuk perlindungan bagi para pekerja yang mulai dirumahkan tersebut. Lewat program ini, kata dia, para pekerja diberi pelatihan vokasi untuk meningkatkan kompetensi mereka. “Mereka juga diberi insentif berupa cash money sebagai safety net selama empat bulan,” kata dia.
Dari sisi bisnis perhotelan, kini Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mencoba menggandeng beberapa hotel dan membayar sejumlah kamar untuk para tenaga medis. Sabtu lalu misalnya, Kemenpar menggandeng hotel milik Accor Group sebagai tempat penginapan 1.100 tenaga medis yang menangani corona di RSCM, RSPAD, RSPI Sulianti Saroso, hingga RS Persahabatan.
”Kemenpar membiayai semua di bawah harga pasar,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama.
Inisiatif ini ternyata tak berhenti dengan Accor Group saja. Hari ini, Kementerian Pariwisata juga telah bertemu dengan manajemen Swiss-Belhotel Pondok Indah, Jakarta Selatan dan pengelola jaringan hotel RedDoorz. Pada tahap pertama, hotel-hotel ini bakal menampung para tenaga medis dan anggota gugus tugas. “Ini terbuka buat semua hotel yang mau,” kata Kepala Biro Komunikasi Kementerian Pariwisata Agustini Rahayu.
Meski dihadapkan dengan sepinya pengunjung, sejumlah hotel mencoba bertahan dengan memberikan promo-promo menarik. Lv8 Resort Hotel Canggu di Kuta Utara, Bali, salah satunya. Hotel ini memberikan promo penginapan bertajuk #WorkFromHotel selama satu bulan bulan dengan harga mulai dari Rp 8 juta.
Lalu ada juga promo dari Ayana Resort and Spa di Jimbaran, Bali, yang memberikan paket penginapan jangka panjang. Harga yang dipatok mulai dari US$ 1.500 untuk 14 hari dan US$ 2.500 untuk satu bulan. Paket ini diberikan, salah satunya dengan kebijakan interaksi minimum dengan staf hotel, selama masa peningapan.
Upaya-upaya inilah yang kini coba dilakukan oleh sejumlah hotel yang masih buka di Pulau Bali, meski dihadapkan dengan wabah virus corona. Bagi Ricky, yang juga General Manager The Royal Santrian, Bali ini, berbagai special offering hingga value added promotion bakal tetap diberikan. “Sampai kondisi membaik,” kata dia.
FAJAR PEBRIANTO