::: Stimulus dari Bank Sentral
Menyusul terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi dengan tutupnya pabrik dan toko serta perkantoran di berbagai negara, sejumlah bank sentral mengumumkan paket stimulus ekonomi.
Bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve Bank, misalnya, mengumumkan paket paket quantitative easing tahap awal senilai US$700 miliar atau sekitar Rp11.200 triliun pada pekan lalu ini. Uang baru ini akan digunakan untuk membeli surat berharga korporat. Ini bertujuan agar perusahaan tetap memiliki uang tunai untuk membiayai kegiatan usaha di tengah menurunnya pendapatan dan kegiatan operasional.
Uang itu akan dikucurkan lewat dua fasilitas kredit yaitu commercial paper funding facility atau CPFF dan primary dealer credit facility atau PDCF.
Namun, pengurus bank sentral AS kembali membuat pernyataan pada Senin, 23 Maret 2020 bahwa The Fed akan meluncurkan gelombang inisiatif kedua secara besar-besaran.
Ini dilakukan dengan cara membeli surat utang pemerintah AS dan menyiapkan kredit murah untuk disalurkan ke perusahaan-perusahaan di sana.
“The Federal Reserve baru saja menyatakan akan melakukan pembelian asset tanpa batas untuk mendukung pasar,” begitu dilansir CNBC pada judulnya Senin, 23 Maret 2020.
Secara terpisah, bank sentral Eropa juga mengumumkan langkah penyelamatan ekonomi, yang mengalami penurunan signifikan akibat wabah virus Corona. European Central Bank mengucurkan 750 miliar euro atau sekitar Rp13 ribu triliun.
“Dewan Bank Sentral siap untuk menambah jumlah program pembelian aset dan menyesuaikan komposisinya, sebanyak yang dibutuhkan dan selama yang diperlukan,” begitu pernyataan ECB seperti dilansir CNN pada Kamis, 19 Maret 2020.
Sedangkan bank sentral Cina atau PBOC meluncurkan paket kedua stimulus likuiditas ke pasar. PBOC mengurangi jumlah uang tunai yang wajib dicadangkan perbankan di Cina sebanyak US$79 miliar atau sekitar Rp1.300 triliun.
“Pengurangan dana cadangan itu akan membantu ketersediaan likuiditas hingga akhir kwartal ini dan bisa mendorong pengucuran kredit dan mempromosikan percepatan recovery economy,” kata Tang Jianwei, ekonom senior di Bank of Communications seperti dilansir Reuters.
Sebelumnya, PBOC telah mengeluarkan kebijakan stimulus ekonomi senilai 1.7 triliun yuan atau sekitar Rp3.800 triliun pada awal Februari. Saat itu, pasar merespon dengan penguatan indeks Shanghai sekitar 0.39 persen dan penguatan rupiah sekitar 0.22 persen ke level Rp13.665 per dolar AS. Pada pekan ini, infeksi virus Corona di Cina lewat penularan domestik sudah semakin turun. Pemerintah sedang fokus mengurangi infeksi virus Corona lewat penumpang pesawat dari luar negeri.