::: Perlambatan Ekonomi
Karena virus ini merebak dengan cepat dan menular dari orang ke orang, sejumlah perusahaan global, misalnya, meminta karyawan bekerja dari rumah hingga menutup pabriknya. Facebook dan Twitter, misalnya, meminta karyawan agar bekerja secara online dari rumah.
“Peran terbesar yang bisa kami lakukan adalah mendorong orang-orang untuk menjaga jarak dalam kegiatan sehari-hari secara serius,” kata Mark Zuckerberg seperti dilansir CNBC International.
Facebook juga memberikan bantuan finansial senilai Rp15 juta per orang untuk sekitar 45 ribu karyawan di berbagai negara. Dana ini, seperti dilansir CNN, diperuntukkan membiayai kegiatan kantor dari rumah masing-masing karyawan termasuk perawatan anak.
Sedangkan perusahaan ritel raksasa seperti Walmart mengurangi jam buka dari 24 jam menjadi hanya beroperasi dari pukul enam pagi hingga 11 malam. Jeda waktu kosong akan digunakan petugas Walmart untuk menyetok pasokan barang ke rak dan membersihkan ruangan dari kemungkinan terinfeksi virus Corona.
Perusahaan otomotif raksasa juga mengalami dampak langsung. Tiga perusahaan raksasa otomotif Eropa, misalnya, menutup 35 fasilitas manufaktur. Ketiganya adalah Fiat Chrysler, PSA Group, dan Renault, yang menjual sekitar 12 juta mobil pada tahun lalu.
Brand otomotif terkenal seperti Ferrari juga menutup dua fasilitas manufaktur di Italia karena kesulitan mendapatkan suku cadang. Sedangkan perusahaan raksasa otomotif Jerman yaitu Volkswagen masih beroperasi.
“Kami terus memonitor situasi terutama keputusan otoritas dan perusahaan penyuplai suku cadang,” kata juru bicara perusahaan itu. Industri otomotif Eropa mempekerjakan sekitar 14 juta orang baik langsung ataupun tidak langsung.
Industri penerbangan juga terdampak langsung akibat pembatasan yang dilakukan sejumlah negara terhadap kedatangan pelancong dari luar negeri.
Maskapai penerbangan Qantas dan Jetstar dari Australia mengumumkan penghentian penerbangan internasional dan merumahkan sekitar dua pertiga dari total 30 ribu karyawannya.
“Upaya mencegah penyebaran virus Corona berdampak pada jatuhnya permintaan perjalanan. Ini belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Alan Joyce, CEO Qantas. “Ini berdampak sangat menghancurkan bagi semua maskapai penerbangan.”
Maskapai dari AS seperti Delta Air Lines, United Airlines dan JetBlue menghentikan sekitar 60 - 70 persen penerbangannya.
“Kami mengurangi kegiatan operasi. Ini terasa menyakitkan, menekan tombol pause terhadap berbagai kegiatan inti yang kami lakukan untuk pelanggan dan misi menghubungkan seluruh dunia,” kata Ed Bastian, CEO Delta Airlines seperti dilansir USA Today pada Rabu, 18 Maret 2020.
Sebagai gambaran, Delta kehilangan pendapatan sekitar US$2 miliar atau sekitar Rp33 triliun dari hilangnya pemesanan tiket pada Maret.
Kepala ekonom International Air Transport Association, Brian Pearce, memprediksi industri penerbangan membutuhkan dana bantuan secepatnya sekitar US$200 miliar atau sekitar Rp3.200 triliun karena anjloknya kegiatan operasi dan penerbangan di berbagai negara.
IATA yang memiliki anggota 290 maskapai ini, seperti dilansir Market Watch, mengalami seretnya pemasukan karena banyak penerbangan yang terhenti. Sekitar 75 persen anggota hanya memiliki uang tunai yang mampu menutup pengeluaran selama tiga bulan saja.