Sahroni mengatakan langkah lockdown itu perlu dilakukan secepat mungkin untuk menghindari makin banyaknya warga tertular COVID-19. Hal itu menurut dia juga berdasarkan dari pernyataan Anies yang menyebut bahwa sebagian besar pasien positif COVID-19 berada di Jakarta.
"Pak Anies sendiri juga menyebut bahwa terbanyak kasus corona ada di Jakarta. Jadi tunggu apa lagi? Penyebaran virus ini tidak boleh dianggap remeh, harus segera dilakukan lockdown," ujarnya.
Dia mencontohkan beberapa negara yang mengambil kebijakan untuk lockdown daerahnya untuk memperlambat laju penyebaran Corona. Menurut anggota DPR asal Tanjung Priok Jakarta Utara itu, Cina langsung lockdown Wuhan ketika angka positifnya masih di angka 400 orang, kini angka penyebaran Corona di Cina sudah menurun sampai satu persen.
Petugas keamanan memberikan informasi kepada wisatawan yang akan berkunjung ke kawasan Monas, Jakarta, Sabtu, 14 Maret 2020. Dampak kasus dari penyebaran COVID-19, Pemprov DKI Jakarta menutup sejumlah destinasi wisata dan hiburan masyarakat selama 2 pekan ke depan diantaranya Monas, Wisata Kota Tua dan Ancol. ANTARA
"Di sisi lain ada juga Italia yang baru lockdown setelah angka positif COVID-19 sudah mencapai ribuan dan penyebaran virus makin susah dikendalikan. Mumpung angka kasus positif kita masih puluhan, lockdown harus segera dilakukan," katanya.
Sahroni mengingatkan bahwa menunda lockdown berarti membiarkan penyebaran virus berjalan makin tidak terkendali dan itu tentunya akan semakin menyulitkan pemerintah dalam upaya penanggulangannya.
Dia menilai kalau pasien positif corona COVID-19 di Jakarta maupun di Indonesia dibiarkan makin banyak, sistem kesehatan yang akan kewalahan. "Rumah sakit akan overcapacity, tenaga kesehatan kita akan kerja 24 jam, angka pasien yang bisa diselamatkan juga makin rendah, cost-nya makin tinggi, jadi kalau kata saya; better safe than sorry," ujarnya.
LANI DIANA | TAUFIQ SIDDIQ | ANTARA
.