Contoh nyata ketergantungan Indonesia akan produk impor asal Cina sudah terlihat nyata di pasar tradisional hari ini. Belum lagi pemerintah resmi menghentikan secara total impor produk makanan dari Cina, harga bawang putih di pasaran sudah meroket lebih dari 100 persen. Awal Januari, harga bawang putih di Pasar Induk Kramatjati, Jakarta masih berkisar Rp 22.000 per kilogram. Kini harga bawang putih sudah melambung sampai lebih dari Rp 50.000 per kg karena stok di pasaran sudah menipis. Selama ini, Indonesia memenuhi kebutuhan bawang putih nasional dengan mengimpornya dari Cina.
Winarsih, 43 tahun, pedagang sayur-sayuran di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, pada Sabtu, 4 Mei 2019, mengeluhkan pasokan bawang putih menipis sehingga harna naik tajamsampai 100 persen. Tempo/Adam Prireza
Begitu ada kabar keran impor bawang dan makanan lain dari Cina ditutup, pasar kalang kabut. Harga-harga melambung. Inflasi pun di depan mata.
Tak hanya hubungan perdagangan yang erat, di bidang pariwisata pun Indonesia bisa dibilang tergantung pada Cina. Turis Cina termasuk yang paling banyak bertandang ke Indonesia, setelah turis Malaysia dan Singapura. Tahun 2019, Indonesia didatangi oleh 16,1 juta wisatawan mancanegara atau turis asing. Dari jumlah ini, 2 juta atau 12,8 persen di antaranya merupakan turis asal Cina.
Tapi kini, setelah ‘goyangan’ virus corona, mau tak mau Indonesia harus bersiap-siap menghadapi segala risiko. Pertama, mulai terjadi penurunan volume ekspor-impor yang menyebabkan keterisian ruang muat kapal kargo berkurang. Ketua Umum Asosiasi Pemilik Kapal Nasional Indonesia (INSA) Carmelia Hartoto menyebut penurunan volume muatan kapal ini mencapai 10 persen.
Peneliti Center of Macroeconomics and Finance Institute for Development of Economics and Finance atau Indef, Abdul Manap Pulungan bahkan memperkirakan pertumbuhan ekonomiIndonesia pada 2020 tidak akan mencapai target 5,3 persen. Hal itu tak lain karena virus corona telah menyebar ke berbagai negara.
"Pertumbuhan ekonomi 5,3 persen tidak realistis untuk 2020. Kondisi global tertekan karena performa Cina yang turun dan menyebarnya virus corona," kata Abdul Manap di ITS Tower Jakarta, Kamis, 6 Februari 2020.