Kepala Dinas Perdagangan Sulawesi Selatan Andi Basalama mengatakan ekspor komoditas ke Cina dari daerahnya saat ini beranjak lesu. Pada Januari 2019, nilai ekspor komoditas ke Cina tercatat US$ 14 juta. Sedangkan pada Januari 2020 melemah menjadi US$ 12 juta.
"Kami biasa ekspor rumput laut, nikel, kakao, udang, merica, kacang mede, telur ikan terbang, ikan laut, dan klinker," tuturnya.
Di sektor pertanian, pemerintah saat ini tengah mencari ceruk negara pengimpor selain Cina untuk komoditas bawang putih. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengakui impor bawang putih saat ini memang didominasi Cina, yakni memakan porsi 90 persen dari total impor komoditas pertanian dari Negeri Tirai Bambu itu.
Adapun negara-negara yang dibidik ialah India, Mesir, dan Iran. Selain itu, Syahrul menyatakan bakal memaksimalkan produksi panen bawang putih dalam negeri.
Ia memastikan stok bawang putih di dalam negeri masih aman. "Stok bawang putih yang ada saat ini masih aman sampai dua bulan. Stok itu akan segera kami distribusikan," ujar Syahrul di kantornya, Jakarta Selatan, kemarin.
Stok bawang putih yang siap diedarkan di pasaran hari ini berjumlah 55 hingga 65 ribu ton. Adapun rata-rata konsumsi bawang putih di Indonesia tiap bulan tercatat 45 hingga 47 ribu ton.
Direktur Riset Core Indonesia Piter Abdullah memprediksi terhentinya arus impor dari Cina akan berpengaruh buruk terhadap sektor lain, utamanya industri manufaktur. Menurut dia, saat ini Indonesia banyak menggunakan bahan baku penolong dari Cina.
"Mereka (industri manufaktur) akan kesulitan berproduksi," tuturnya.
Untuk mengantisipasi kerugian yang meluas itu, Piter meminta pemerintah memastikan pertumbuhan ekonomi domestik bisa tetap moncer di tengah lesunya ekonomi global dengan cara melonggarkan moneter dan fiskal. Ia juga mengimbau agar pemerintah menyetop perancangan kebijakan yang justru kontraproduktif. Misalnya menaikkan harga subsidi kebutuhan pokok.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | YOHANES PASKALIS | ANDI IBNU | DIDIT HARIYADI