TEMPO.CO, Jakarta - Hampir sepekan terakhir Menteri Pariwisata Wishnutama Kusubandio sibuk menelepon kepala daerah Provinsi Bali untuk memperoleh laporan tingkat kemerosotan kunjungan wisatawan asing dari Cina. Sejak penerbangan dari dan menuju Cina ditutup pada 2 Februari lalu akibat meluasnya virus corona atau 2019-nCoV, kunjungan wisatawan mancanegara Negeri Tirai Bambu ke Indonesia nihil.
"Saat ini terparah Bali. Lalu ada juga Bintan dan Manado. Saya terus berkomunikasi dengan kepala daerah untuk memperoleh informasi terkini," ujar Wishnutama kepada Tempo, Rabu, 5 Februari 2020.
Wishnutama mencatat, mewabahnya corona di Cina memukul sektor pariwisata Indonesia. Sepanjang 2020, potensi devisa hilang akibat nihilnya kunjungan turis Cina diproyeksikan mencapai US$ 4 miliar atau Rp 56 triliun (perkiraan kurs Rp 14 ribu).
Angka itu merujuk pada asumsi kunjungan yang mencapai 2 juta orang dalam setahun dengan rata-rata pengeluaran atau spending per kedatangan mencapai US$ 1.400 atau Rp 19,6 juta (perkiraan kurs Rp 14 ribu). Belum lagi, dampak ini juga akan meluas pada kunjungan wisatawan asing dari negara-negara lain yang turut ditemukan kasus infeksi virus corona.
Dengan kondisi demikian, Wishnutama memungkinkan segera merevisi target perolehan devisa pariwisata. Tahun ini, devisa dari sektor pariwisata direncanakan mencapai US$ 21 miliar. Wishnutama mensinyalir angka pencapaian devisa di sektor yang ditanganinya untuk tahun ini terpuruk dari target, bahkan lebih rendah dari realisasi devisa 2019.
"Ini sangat sulit. Meski wabah corona berlangsung tiga sampai empat bulan, dampaknya akan berkepanjangan hingga 7 bulan atau 8 bulan di sektor wisata," ucapnya.