Sementara itu, sebagai perusahaan terbuka, Garuda harus memiliki orientasi bisnis untuk meningkatkan nilai-nilai perusahaan. Garuda juga memiliki kewajiban mengembangkan potensi usaha yang memiliki prospek pertumbuhan jangka panjang.
Kemudian, sebagai perusahaan publik, Garuda juga akan dihadapkan dengan tantangan untuk menjaga akuntabilitas keuangan serta melaksanakan good corporate governance atau GCG guna memulihkan kepercayaan pasar. Menurut Alvin, selama ini kepercayaan publik terhadap perusahaan penerbangan negara sempat tergerus pasca-terjadinya sejumlah kasus yang menimpa manajemen.
"Misalnya kasus pemberhentian direksi lama karena persoalan yang kurang baik. Ini akan berdampak bagi citra perusahaan," tuturnya.
Kemudian, untuk tantangan kedua, manajemen baru bakal menghadapi problem pengelolaan kinerja keuangan hingga kebijakan efisiensi pengeluaran yang selama ini dilakukan perseroan. Dengan kondisi perusahaan saat ini, Alvin menyatakan Garuda mesti meninjau kembali sejumlah pesawat yang telah memasuki usia 8-10 tahun, seperti Boeing 737.
Alvin meminta bos Garuda segera memutuskan bakal melanjutkan pengoperasian armada-armada tua tersebut atau menggantinya dengan unit pesawat yang baru kendati perusahaan tengah menghadapi masalah ekonomi. Di samping itu, Garuda juga mesti segera mengevaluasi komponen biaya produksi pesawat yang selama ini memakan ongkos besar.
Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi perusahaan, Alvin meminta Garuda mengembangkan pendapatan dari pembukaan rute internasional. Menurut dia, saat ini mayoritas penghasilan perseroan masih bersumber dari penjualan tiket penumpang rute domestik.
"Sedangkan rute internasional belum banyak digarap. Padahal itu memberikan income terhadap dolar," ucapnya.
Adapun untuk tantangan ketiga, Garuda Indonesia akan menghadapi persoalan yang meliputi strategi pemasaran. Misalnya, dengan posisinya saat ini, Garuda mesti meninjau ulang upaya penghematan yang dilakukan dengan cara mengurangi gramasi makanan dan komposisi minuman. Sebab, hal tersebut berseberangan dengan statusnya sebagai maskapai bintang lima yang telah terdaftar dalam member Sky Trex.
Selanjutnya, Garuda dinilai mesti segera meninjau kembali layanan yang diberikan untuk pesawat Garuda Indonesia sebagai maskapai berlayanan penuh dan Citilink Indonesia sebagai maskapai berbiaya murah. Sebab, menurut Alvin, keduanya saat ini menawarkan layanan rute maupun harga tiket yang tak jauh berbeda.
"Padahal Garuda Indonesia dan Citilink memiliki kelas yang berlainan. Seharusnya ada pemisahan yang jelas, mulai tiket hingga rutenya," tutur Alvin.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | CAESAR AKBAR