Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Dengan UU Kewarganegaraan, Sekularisme India Menjadi Negara Hindu

image-gnews
Demonstran menunjukkan slogan selama protes terhadap RUU Amendemen Kewarganegaraan, sebuah RUU yang berupaya memberikan kewarganegaraan kepada minoritas agama yang dianiaya di negara-negara Muslim tetangga, di Ahmedabad, India, 9 Desember 2019. [REUTERS / Amit Dave]
Demonstran menunjukkan slogan selama protes terhadap RUU Amendemen Kewarganegaraan, sebuah RUU yang berupaya memberikan kewarganegaraan kepada minoritas agama yang dianiaya di negara-negara Muslim tetangga, di Ahmedabad, India, 9 Desember 2019. [REUTERS / Amit Dave]
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Protes mematikan meluas di seluruh India karena Undang-undang Kewarganegaraan India yang kontroversial, undang-undang yang semakin menyudutkan minoritas Muslim di India.

Pada Ahad protes pecah di sembilan negara bagian, termasuk di kota-kota besar seperti Kolkata, Mumbai, Chennai, Hyderabad dan ibu kota New Delhi, sebagian besar di sekitar kampus universitas. Sementara itu, protes yang sedang berlangsung di Assam, di timur laut India, berubah menjadi kekerasan, dengan sedikitnya lima orang tewas, kata polisi, dikutip dari CNN, 17 Desember 2019.

Lalu kenapa RUU Kewarganegaraan India diprotes? RUU Amendemen Kewarganegaraan atau Citizenship Amendment Bill (CAB), yang ditandatangani menjadi undang-undang minggu lalu, akan mempercepat kewarganegaraan bagi minoritas agama, termasuk Hindu, Sikh, Buddha, Jain, Parsis, dan Kristen, dari Afganistan, Bangladesh, dan Pakistan yang tiba di India sebelum 2015.

Tetapi pengecualian bagi Muslim, yang menurut Perdana Menteri India Narendra Modi adalah karena mereka bukan minoritas di negara-negara tetangga India, telah menimbulkan kekhawatiran tentang konstitusi dan undang-undang anti-Muslim yang berkembang di India.

Banyak orang di Assam dan Tripura, negara bagian di timur laut India, juga khawatir terhadap migrasi sejumlah besar umat Hindu bermigrasi ke wilayah tersebut, melebihi jumlah 200 kelompok penduduk asli di kawasan itu dan mengubah susunan agama dan etnisnya.

Ada sekitar 16 juta umat Hindu di Bangladesh saja, dan menaturalisasi sejumlah besar imigran juga dapat sangat memengaruhi lapangan kerja, subsidi pemerintah, dan pendidikan.

Muslim India, yang telah sudah cemas ketika pemerintah Modi mengejar program nasionalis Hindu, akhirnya marah.

Jutaan penduduk di negara bagian Assam, India, terancam kehilangan kewarganegaraan akibat kebijakan baru. Sumber: Reuters.

Muslim India, yang relatif diam dengan program nasionalis Hindu Modi, sangat menyadari logika kemenangan pemilu Modi yang bisa mendorong marjinalisasi mereka. India adalah negara dengan sekitar 80 persen Hindu, dan 14 persen Muslim, dan Modi dan partainya memenangkan kemenangan besar pada Mei dan dengan mudah mengendalikan Parlemen.

Tetapi umat Islam India merasa semakin putus asa, begitu pula kaum progresif, orang India dari kepercayaan lain, dan mereka yang melihat pemerintahan sekuler sebagai hal mendasar bagi identitas dan masa depan India.

Dikutip dari New York Times, para pejabat PBB, perwakilan Amerika, kelompok advokasi internasional dan organisasi keagamaan telah mengeluarkan pernyataan pedas yang mengatakan bahwa undang-undang kewarganegaraan sangat diskriminatif. Beberapa dari mereka bahkan meminta India dijatuhi sanksi.

Kritikus sangat khawatir bahwa Modi berusaha untuk merebut India dari akar sekuler, demokratis dan mengubah bangsa ini dari 1,3 miliar orang menjadi negara agama, tanah air bagi umat Hindu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Mereka menginginkan negara teokratis," kata B.N. Srikrishna, mantan hakim di Mahkamah Agung India. "Ini mendorong negara ke jurang, ke jurang kekacauan."

"Beginilah gelombang kekerasan komunal dimulai di negara ini," tambahnya.

Modi tidak asing dengan kekerasan komunal. Pertumpahan darah terburuk yang dialami India dalam beberapa tahun terakhir meledak pada 2002, di Gujarat, ketika ia menjadi pejabat tinggi di negara bagian itu dan bentrokan antara umat Hindu dan Muslim menewaskan lebih dari 1.000 orang, dan kebanyakan dari mereka adalah Muslim.

Modi disalahkan karena tidak melakukan cukup banyak untuk menghentikan kekerasan. Pengadilan telah membebaskannya dari kesalahan, tetapi banyak orang percaya dia setidaknya ikut bertanggung jawab atas kebrutalan yang terjadi.

Cengkeramannya pada kekuasaan masih kuat, bahkan dengan ekonomi yang melemah. Oposisi politik, termasuk partai Kongres Nasional India yang dulu dominan, telah tidak terorganisir dan goyah dibandingkan Partai Bharatiya Janata pimpinan Modi.

Undang-undang kewarganegaraan ini adalah janji kampanye Modi yang banyak dipuji dan keinginan khusus dari pendukung Hindu-nya. Para pendukungnya melihat India di masa depan sebagai tempat yang menekankan warisan Hindu sebanyak mungkin dan menghilangkan perlindungan hukum khusus yang ada untuk Muslim dan minoritas lainnya.

Para pejabat India telah membantah bias anti-Muslim dan mengatakan tindakan itu dimaksudkan murni untuk membantu minoritas teraniaya yang bermigrasi dari negara tetangga yang mayoritas penduduknya Muslim di India, Pakistan, Afganistan, dan Bangladesh.

Undang-undang tersebut bersamaan dengan tes kewarganegaraan yang dilakukan musim panas ini di satu negara bagian di India utara dan mungkin akan segera diperluas secara nasional.

Semua penduduk Assam, di sepanjang perbatasan Bangladesh, harus memberikan bukti dokumenter bahwa mereka atau leluhur mereka tinggal di India sejak 1971. Sekitar dua juta populasi Assam yang berjumlah 33 juta (campuran Hindu dan Muslim) gagal lulus tes dan sekarang berisiko hidup tanpa kewarganegaraan. Penjara besar baru sedang dibangun untuk menampung siapa pun yang dianggap imigran ilegal.

Kepercayaan yang meluas adalah bahwa pemerintah India akan menggunakan kedua langkah ini: tes kewarganegaraan dan undang-undang kewarganegaraan baru, untuk menghilangkan hak-hak dari Muslim yang telah tinggal di India selama beberapa generasi. Jika kedua langkah ini diterapkan, banyak Muslim India khawatir mereka akan diminta untuk menghasilkan akta kelahiran lama atau akta properti untuk membuktikan kewarganegaraan dan mereka tidak akan dapat melakukannya. Sementara penduduk Hindu dalam situasi yang sama akan diberikan izin, dan tampaknya, penduduk Muslim India tidak akan memiliki perlindungan hukum yang sama.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Vivo T3x 5G Resmi Diluncurkan di India, Ini Spesifikasinya

23 jam lalu

vivo ekspansi bisnis ke 6 negara Eropa.
Vivo T3x 5G Resmi Diluncurkan di India, Ini Spesifikasinya

Vivo T3x 5G ditenagai chipset Qualcomm Snapdragon 6 Gen 1.


Respons Joe Biden, Rusia, dan Cina Pasca Serangan Iran ke Israel

2 hari lalu

Sistem anti-rudal beroperasi setelah Iran meluncurkan drone dan rudal ke arah Israel, seperti yang terlihat dari Ashkelon, Israel 14 April 2024. REUTERS/Amir Cohen
Respons Joe Biden, Rusia, dan Cina Pasca Serangan Iran ke Israel

Serangan Iran yang diluncurkan ke Israel menuai respons dari berbagai pihak termasuk Presiden AS Joe Biden, Rusia, dan Cina.


Film Jallianwala Bagh tentang Pembantaian Amritsar 105 Tahun Lalu, Ini Sinopsis dan Pemerannya

4 hari lalu

Sejumlah burung dara berterbangan di dekat patung Mahatma Gandhi saat perayaan ulang tahunnya ke-144 di Amritsar, India (2/10). AP/Sanjeev Syal
Film Jallianwala Bagh tentang Pembantaian Amritsar 105 Tahun Lalu, Ini Sinopsis dan Pemerannya

Hari ini 13 April 1919 terjadi pembantaian di Amritsar, India. Peristiwa tersebut diabadikan dalam film Jallianwala Bagh, Berikut sinopsis dan pemerannya.


Mengingat Pembantaian Amritsar di India pada 1919, Tewaskan Ratusan Orang dan Ribuan Lainnya Terluka

4 hari lalu

Kelompok Sikh mengangkat pedang sambil memprotes saat bentrokan di kuil Sikh, Kuil Emas, di Amritsar, India (6/6). REUTERS/Munish Sharma
Mengingat Pembantaian Amritsar di India pada 1919, Tewaskan Ratusan Orang dan Ribuan Lainnya Terluka

Pada 13 April 1919 terjadi pembantaian di Amritsar di Punjab, India. Berikut kilas balik peristiwa berdarah itu.


5 Destinasi yang Menyajikan Makanan Khas Idul Fitri di India

7 hari lalu

Biryani, Hyderabad. Unsplash.com/Shreyak Singh
5 Destinasi yang Menyajikan Makanan Khas Idul Fitri di India

Kota-kota di India ini bisa menjadi inspirasi destinasi para pecinta kuliner mencicipi hidangan khas Idul Fitri


Sekjen PBB Ucapkan Selamat Idulfitri kepada Umat Muslim Dunia

8 hari lalu

Sekjen PBB, Antonio Guterres. REUTERS
Sekjen PBB Ucapkan Selamat Idulfitri kepada Umat Muslim Dunia

Sekjen PBB Antonio Guterres lewat unggahan di Instagram mengucapkan Selamat hari Raya Idulfitri kepada seluruh umat Muslim di dunia.


Ribuan Warga Indonesia Laksanakan Salat Idul Fitri di KBRI Bangkok

8 hari lalu

Ribuan masyarakat Indonesia melaksanakan solat Idul Fitri 1445 H di lapangan sepak bola KBRI Bangkok, Thailand, Rabu, 10 April 2024. ANTARA/HO-KBRI Bangkok
Ribuan Warga Indonesia Laksanakan Salat Idul Fitri di KBRI Bangkok

Ribuan masyarakat Indonesia melaksanakan salat Idul Fitri 1445 H di lapangan sepak bola Kedutaan Besar RI di Bangkok, Thailand pada Rabu 10 April 2024


Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Ucapkan Selamat Lebaran

8 hari lalu

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bertemu dengan para pemimpin hak asasi manusia di Departemen Luar Negeri di Washington, AS, 7 Desember 2023. REUTERS/Evelyn Hockstein
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Ucapkan Selamat Lebaran

Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengucapkan selamat Hari Raya Idul Fitri kepada komunitas Muslim di mana pun berada.


Keunikan Tradisi Lebaran di Eropa, Afrika, Asia dan Timur Tengah

8 hari lalu

Orang-orang menghadiri salat Idul Fitri menandai akhir bulan puasa Ramadhan, di luar Masjid Agung Hagia Sophia di Istanbul, Turki 13 Mei 2021. REUTERS/Kemal Aslan
Keunikan Tradisi Lebaran di Eropa, Afrika, Asia dan Timur Tengah

Setiap negara memiliki budaya tersendiri untuk merayakan lebaran dan berbagi keberkahan dengan penuh sukacita ini.


Sejarah dan Filosofi Ketupat, Makanan yang Identik dengan Lebaran

8 hari lalu

Warga berebut gunungan kupat (ketupat) berisi uang saat tradisi Grebeg Kupat di Dawung, Banjarnegoro, Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah, Rabu, 26 April 2023. Tradisi Grebeg Kupat rutin digelar warga setempat sebagai ungkapan sukacita dan ajang silaturahmi dalam merayakan Lebaran. ANTARA FOTO/Anis Efizudin
Sejarah dan Filosofi Ketupat, Makanan yang Identik dengan Lebaran

Ketupat memiliki sejarah yang panjang selain identik dengan hari raya Idul Fitri atau Lebaran.