Erick Thohir mengungkapkan, banyak BUMN yang beroperasi di luar bisnis utama atau core bisnisnya seperti yang dilakukan PT PANN. “Ini yang harus diperbaiki core bisnisnya, inilah yang harus di-merger atau ditutup, tidak bisa berdiri sendiri, semua terlalu banyak," kata dia.
Erick Thohir membeberkan , saat ini pendapatan pemerintah dari perusahaan pelat merah hanya bersumber dari 15 perseroan saja, yang mayoritas bergerak di sektor telekomunikasi, perbankan serta minyak dan gas. Sebanyak 15 perusahaan itu menyumbang porsi 76 persen dari total pendapatan BUMN. Padahal, saat ini terdapat 142 perusahaan pelat merah.
"Total profit yang dihasilkan perusahaan BUMN ialah Rp 210 triliun. Tapi 76 persen hanya berasal dari 15 perusahaan," ujar Erick Thohir.
Kondisi ini menurut Erick Thohir harus diantisipasi. Sebab, selain jumlah perseroan yang menghasilkan untung terlampau minim, nasib jangka panjang perusahaan pelat merah yang jadi tumpuan profit juga dipertanyakan. "Misalnya industri perbankan. Enggak tahu nasibnya 10-15 tahun mendatang, karena sekarang berkembang e-payment," ujarnya.
Karena itu, Erick Thohir berencana untuk merampingkan BUMN dengan menutup atau menggabungkan beberapa BUMN dengan core business yang sama. Erick Thohir berniat mengganti konsep superholding menjadi subholding. "Superholding kita ubah konsepnya menjadi subholding atau unit usaha," ujar dia.
Rencana ini sekaligus menggugurkan rancangan superholding BUMN yang digagas menteri terdahulu, Rini Soemarno. Erick Thohir tak menjelaskan detail alasan kementerian tak melanjutkan superholding. Ia hanya menyatakan telah memikirkan konsep anyar terkait subholding untuk beberapa sektor perusahaan milik negara. Misalnya rencana penerapan subholding untuk sektor pelabuhan yang saat ini digarap PT Pelindo I hingga Pelindo IV.
Dengan konsep teranyar ini, Erick menyatakan BUMN dimungkinkan tak lagi menerapkan pencabangan berdasarkan wilayahnya, melainkan fungsinya. "Pelindo akan dipisahkan berdasarkan fungsinya. Misalnya ada yang menjadi pelabuhan peti kemas, ada yang curah air. Jangan sampai ada kanibal di tubuh perusahaan," ujarnya.