TEMPO.CO, Jakarta - Tragedi penemuan 39 jasad imigran membeku di dalam kontainer truk di Inggris baru dua minggu lalu jadi sorotan dunia, kemarin kepolisian Yunani dikejutkan dengan temuan 41 imigran di dalam kontainer truk yang mesin pendinginnya belum diaktifkan.
Jika temuan 39 jasad membeku diketahui mayoritas korban berasal dari Cina dan Vietnam yang terdiri dari pria, wanita dan anak, maka temuan terbaru 41 imigran disebutkan sebagian besar berasal dari Afganistan dan seluruhnya pria, dewasa dan anak-anak.
Dugaan kuat mereka semua korban penyelundupan mafia yang mentarget imigran di negara asal yang ingin mengubah nasib agar lebih baik di negara lain atau menyelamatkan diri dari situasi yang menakutkan di negaranya.
Orang-orang yang terlibat dalam jaringan mafia bekerja di berbagai negara mulai dari negara asal sampai negara tujuan yang diinginkan imigran tak berdokumen resmi ini. Setiap imigran ditarik bayaran teramat mahal. Seperti pengakuan salah satu keluarga korban 39 jasad yang ditemukan membeku dalam kontainer, mereka membayar ribuan euro atau poundsterling untuk masuk ke Eropa.
Mengapa jaringan mafia ini menggunakan kontainer beku untuk mengangkut para imigran untuk diselundupkan ke Eropa?
Berdasarkan laporan Daily Mail, penggunaan kontainer truk pembawa sayuran atau daging beku sudah marak sejak tahun 2000-an awal.
Terungkap, sopir Irlandia Utara, 25 tahun, baru saja mengambil kontainer berpendingin dari pelabuhan Essex, Inggris. ITN VIA DAILYMAIL
Sebanyak 58 jasad imigran ilegal asal Cina ditemukan di kargo tomat yang dibawa truk di pelabuhan Dover di Kent, Inggris pada Juni tahun 2000. Dua orang selamat.
Imigran malang ini menyeberang menggunakan feri dari pelabuhan Zeebrugge, Belgia dan berlabuh di Dover. Dari pelabuhan Zeebrugge, 39 jasad membeku dalam kontainer diseberangkan ke pelabuhan Pulrfleet, Essex, Inggris.
Modus serupa kembali terulang dengan jumlah korban yang besar pada Agustus 2014, yakni sebanyak 36 warga Afganistan termasuk 15 anak-anak ditemukan berada dalam kontainer yang akan dikapalkan dari pelabuhan Tilbury Docks di Essex. Lokasinya tidak jauh dari tempat penemuan 39 jasad membeku yang sebagian besar warga Cina dan Vietnam.
Awal 2001, sebuah mobil van berisikan 26 pengungsi Sri Lanka ditemukan di Dover Docks setelah menyerang dari Calais menggunakan feri. Tiga wanita di antaranya menderita kehausan parah dan kesulitan pernafasan.
Dan Agustus 2015, 71 imigran termasuk 4 di antaranya anak-anak dan seorang bayi tewas di dalam kontainer yang terjatuh di jalan raya di Austria.Mereka imigran dari Suriha, Irak, dan Afganistan.
Para gengster menyelundupkan imigran ke Eropa menggunakan kontainer beku agar tidak terdeteksi alat pencitraan termal petugas keamanan.
Kamera pendeteksi termal yang digunakan di pelabuhan di Essex tidak mampu mendeteksi kontainer dengan mesin pembeku. Peralatan hanya bisa mendeteksi kontainer biasa.
Itulah yang membuat 39 imigran di dalam kontainer pembeku tidak terdeteksi dari Zeebrugge hingga ke Purfleet, berjarak sekitar 5 ribu meter.
Ahmad Al-Rashid, imigran yang selamat dari "peti mati metal" itu mengungkapkan betapa mengerikan pemandangan dalam kontainer beku selama 55 hari perjalanan dari Aleppo, Suriah ke London pada tahun 2015.
"Saya tidak pernah melupakan tatapan mata mereka yang bersama saya di tanker itu tanpa udara, tanpa sinar, tanpa apa-apa kecuali bau kematian. Tidak mungkin untuk melupakannya. Saya dapat mendengarkan teriakan kematian karena saya ada di sana," kata Rashid.
Gengster telah menemukan titik kelemahan di setiap negara yang mereka jadikan sasaran penyelundupan imigran tak berdokumen.
Tragedi 39 jasad imigran membeku dan terbaru, temuan 41 imigran di dalam kontainer truk di Austria menunjukkan masih ada celah lebar di negara-negara Eropa untuk dimanfaatkan oleh mafia perdagangan manusia. Selain itu, Eropa belum mampu sepenuhnya mengurai dan memutus rantai mafia yang telah bertahun-tahun beroperasi.