TEMPO.CO, Ankara – Pemerintah dan militer Turki menjalin kontak komunikasi tertutup dengan pemerintah dan militer Suriah untuk menghindari terjadinya konflik terbuka kedua negara di wilayah perbatasan.
Ini terjadi setelah kedua negara mengerahkan pasukan militer besar-besaran di area Suriah timur laut.
“Kami melakukan kontak dengan militer dan intelijen Suriah sejak beberapa waktu lalu untuk menghindari terjadinya masalah di lapangan,” kata seorang pejabat keamanan Turki seperti dilansir Reuters pada Senin, 21 Oktober 2019.
Turki menggelar operasi militer yang disebut peace spring pada 9 Oktober 2019 setelah Presiden AS, Donald Trump, menarik pasukannya dari kawasan Suriah utara.
Turki ingin membuat zona aman sedalam tiga puluh kilometer di sepanjang perbatasan utara Suriah dan selatan di Turki untuk menghalau milisi Kurdi YPG, yang dinilai sebagai kelompok teroris bagian dari PKK.
Kelompok PKK, yang terlarang di Turki, merupakan kelompok pergerakan di Turki untuk memisahkan diri atau separatisme dan mendirikan negara Kurdi.
Tiga orang pejabat Turki mengatakan militer dan pemerintah menggunakan kontak dengan militer dan intelijen Rusia untuk mengirim pesan ke militer dan pemerintah Suriah untuk menghindari konflik perang di lapangan.
Rusia membela Suriah dalam perang saudara yang telah berlangsung delapan tahun ini. Belakangan, Iran juga mengirim pasukan dan memperkuat kekuasaan Presiden Suriah, Bashar al Assad, yang menghadapi pemberontakan kelompok Suni.
Sebaliknya, Turki mendukung kelompok Suni yaitu Free Syrian Army, yang berupaya menjatuhkan pemerintah. Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menyebut Assad sebagai teroris karena berperang melawan rakyatnya sendiri.
Pejabat Turki menyebut kontak komunikasi terjadi pertama kali dengan Suriah saat terjadi eskalasi di Suriah timur barat laut saat pasukan Damaskus menyerang Kota Idlib, yang dikuasai pasukan Turki.
“Kontak dengan Suriah biasanya terjadi lewat Rusia. Namun, komunkasi kali ini dilakukan langsung antara Turki dan Suriah untuk menghindari pasukan kedua negara terlibat konfrontasi,” kata dia.
Pemerintah Turki menyatakan sikapnya terhadap Assad tidak berubah. Namun, kontak antara kedua negara di lapangan menunjukkan pengaruh dari Presiden Suriah atas wilayahnya.
Erdogan dan Presiden Rusia, Vladimir Putin, bakal bertemu di resor Laut Hitam Sochi pada Selasa pekan ini. Keduanya bakal membicarakan sejumlah isu termasuk posisi masing-masing pasukan di Suriah utara.
“Kami akan mendapat informasi soal pandangan Suriah dan langkah yang akan diambilnya saat pertemuan dengan Putin,” kata pejabat senior Turki ini.
Turki juga menjalin komunikasi dengan pemerintah Amerika Serikat mengenai gencatan senjata lima hari, yang berakhir Selasa ini.
Gencatan senjata ini digelar untuk memberikan kesempatan bagi pasukan milisi Kurdi YPG, seperti dilansir Anadolu, menarik diri dari Kota Ras al Ain dan Manbij, yang menjadi incaran pasukan Kurdi. Erdogan dikabarkan meminta pemerintah AS membantu memfasilitasi penarikan mundur pasukan Kurdi dari zona aman tadi.