TEMPO.CO, Jakarta - Peluang Bank Indonesia menurunkan kembali suku bunga acuan menjadi tinggi. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko mengatakan arah strategi operasi moneter memastikan ketersediaan likuiditas di pasar uang dan memperkuat transmisi kebijakan moneter yang akomodatif.
“Ke depan, ruang untuk penurunan suku bunga itu masih terbuka,” kata Onny saat ditemui di Palembang, seperti dilansir Bisnis.com, Kamis 8 Agustus 2019.
Citibank, kata Chief Executive Officer Citibank N.A. Indonesia Batara Sianturi, belum melakukan perubahan suku bunga. “Karena penurunan suku bunga BI itu baru 2 minggu lalu, kami belum lihat ada pergerakan yang cukup besar untuk langsung meresponsnya, biasanya efeknya akan secara bertahap nanti memengaruhi tingkat deposito perbankan. Kami belum dapat indikasi firm tentang market direction karena penurunan suku bunga oleh BI,” kata Batara.
PT Bank CIMB Niaga Tbk. menyatakan ruang pemangkasan bunga kredit cukup terbuka, khususnya segmen konsumer seperti Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Pemilikan Mobil (KPM) yang berkaitan langsung dengan kebutuhan ritel masyarakat.
Menurut Direktur Konsumer CIMB Niaga Lani Darmawan, turunnya bunga kebijakan BI akan berdampak pada penurunan tingkat biaya dana. Hal ini akan membuat seluruh produk lending baik yang ritel maupun non ritel bisa ditawarkan kepada masyarakat dengan harga yang tidak terlalu mahal atau terjangkau.
“Begitu suku bunga BI turun, kami akan sesuaikan dengan cost of fund. Lalu kalau suku bunga sertifikat Bank Indonesia (SBI) turun, otomatis suku bunga kredit khususnya Kredit Pemilikan Rumah (KPR) akan bisa turun,” katanya.
Bank Mandiri juga berencana menurunkan suku bunga kredit. Suku bunga kredit yang bakal lebih cepat turun antara lain suku bunga kredit konsumer, seperti Kredit Perumahan Rakyat dan kredit otomotif.
"Penurunan suku bunga itu akan dilakukan bertahap antara 25 hingga 50 basis poin," ujar Hery Gunardi Direktur Bisnis dan Jaringan Bank Mandiri.