Menurut laporan Unit Pelaksana Teknis Daerah – Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTD BPTPH) Dinas Pertanian Provinsi, kekeringan pada pertanaman padi selama periode Januari hingga Juni 2019 lebih rendah 78,18 persen ketimbang periode yang sama tahun lalu.
Sedangkan kekeringan pada musim kemarau April hingga September 2019 disinyalir lebih rendah 75,87 persen dibandingkan dengan musim kemarau tahun sebelumnya. Adapun puso pada musim kemarau April hingga September 2019 lebih rendah 98,94 persen ketimbang 2018.
Kementerian Pertanian mencatat adanya potensi kehilangan hasil tanaman padi akibat kekeringan yang terjadi pada Januari hingga Juni 2019. Menurut data terakhir pada 19 Juli 2019, potensi kehilangan hasil mencapai 265,536 ton. Sedangkan wilayah tanam padi atau sawah yang terimbas kekeringan mencapai 155,439 hektare dengan wilayah puso atau tak menghasilkan panen tercatat sekitar 20,050 hektare.
Direktur Perlindungan Tanaman Direktorat Perlindungan Tanaman Kementerian Pertanian Edy Purnawan mengatakan saat ini entitasnya sedang menggencarkan mitigasi bencana untuk mengantisipasi dampak kekeringan. Salah satu caranya ialah dengan penanaman padi gogo.
“Padi gogo ditanam di lokasi kekeringan yang memungkinkan masih ditanami,” ujarnya dalam pesan pendek, Kamis, 25 Juli 2019. Bahkan, di beberapa wilayah, Kementerian Pertanian melakukan percepatan penanaman padi gogo.
Menurut Edy, pihaknya juga memanfatkan rawa tengahan atau rawa dalam yang mengering dan airnya menjadi dangkal untuk ditanami padi.
Selain itu, kementerian telah mendistribusikan 52 ribu unit pompa air di lokasi kekeringan untuk memastikan adanya irigasi atau saluran air.
Sebelumnya, Kementerian Pertanian telah mendirikan posko kekeringan di sejumlah kabupaten terdanpak. Sembari mendirikan posko, kementerian juga telah menetapkan calon petani calon lokasi atau CPCL sebagai bentuk mitigasi bencana.
Sementara itu Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik atau Bulog memastikan cadangan beras yang tersedia saat ini cukup untuk mengantisipasi ancaman gagal panen akibat kekeringan. Sekretaris Perum Bulog Awaluddin Iqbal mengatakan stok beras yang tercatat di perusahaan pelat merah itu kini masih 2 juta ton.
“Stok yang kami kuasai saat ini besar, ditambah penyaluran BPNT (Bantuan Pangan Non-Tunai) masih berproses,” ujarnya saat dihubungi pada Kamis, 25 Juli 2019.
Menurut Awaluddin, stok beras masih aman untuk memenuhi kebutuhan masyarakat hingga akhir 2019. Adapun dari 2 juta ton stok yang ada, berdasarkan data perusahaan, stok beras yang dititipkan pemerintah untuk bencana alam mencapai 1,5 juta.
Di samping itu, Bulog masih memiliki cadangan yang dialokasikan untuk program Kesediaan Pasokan Stabilisasi Harga atau KPSH. Adapun saat ini, Bulog memantau harga beras untuk varietas medium masih cenderung stabil. “Kalau varietas beras medium di pencatatan di Pasar Induk Cipinang di level konsumen masih Rp 9.000-an,” tuturnya.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | FRISKI RIANA