Tak mendapat jawaban dari Novel, anggota TGPF memutar pertanyaan mengenai peran mantan Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Jenderal Mochamad Iriawan. Tim bertanya soal peringatan yang diberikan Iriawan kepada Novel soal akan adanya serangan sebulan sebelum kejadian. Selain itu, tim juga menanyakan soal pengakuan Novel yang merasa masih diintai pelaku setelah kembali dari perawatan di Singapura, hingga kasus korupsi proyek e-KTP yang tengah dipegang penyidik senior KPK ini saat teror air keras terjadi.
Belakangan, Hendardi kembali menanyakan soal dugaan keterlibatan Antam dalam kasus penangkapan di Harco, Mangga Dua. Novel tetap tidak mau menjawab pertanyaan anggota Panitia Seleksi Capim KPK 2019-2023 itu. “Bapak bertanya sebagai anggota pansel capim KPK atau sebagai tim gabungan?” Jawaban Novel membuat seisi ruangan tertawa.
Anggota tim gabungan, Nur Kholis tak menampik bahwa nama Antam disebut dalam pemeriksaan Novel. “Aku enggak bisa komentar soal itu,” kata dia. Menurut dia pertanyaan seputar kasus lain, termasuk kasus reklamasi akan digunakan sebagai latar belakang laporan tim.
Ifdhal Kasim mengatakan pertanyaan seputar kasus reklamasi ditanyakan untuk melihat konteks penyerangan terhadap Novel. Ia mengatakan kasus Novel bukan satu-satunya serangan terahadap KPK. “Kan banyak kejadian, ada penyidik KPK yang diduga ditangkap, dianggap sebagai teroris.” Ia ogah menjawab siapa nama polisi yang ditanyakan oleh TGPF Novel Baswedan.
Adapun Hendardi mengatakan mungkin saja ada anggota tim yang menanyakan soal perwira Polri dalam pemeriksaan itu. Namun, ia mengatakan nama perwira polri yang ditanyakan adalah yang sudah disebut oleh media massa. Ia membantah menanyakan soal Antam. “Contohnya Pak Iriawan itu kan sudah disebut sebelumnya oleh Pak Novel bahwa dia mendatangi rumahnya, itu dikonfirmasi ulang,” kata dia.
Novel mengatakan alasannya tak mau menjelaskan nama jenderal itu kepada tim gabungan. “Nama itu disampaikan di luar perkara ini,” ujar dia. Novel mengatakan pernah menyampaikan keinginan agar tim gabungan tak cuma menelisik teror terhadap dirinya, tapi juga kepada pegawai KPK lainnya.
Wadah Pegawai KPK mencatat ada sekitar 10 kasus teror terhadap penyidik KPK, mulai dari penyiraman air keras hingga penangkapan.
Tapi menurut Novel, TGPF tak mau melakukan itu. Maka ia menolak menjelaskan dugaan keterlibatan Antam dalam kasus penangkapan tiga penyidik. “Bukannya malah mengungkap tapi malah punya pemahaman bahwa seolah itu enggak bisa dibuktikan,” kata dia.
Tempo telah berusaha meminta tanggapan Antam mengenai hal ini. Tempo telah mengirimkan pesan melalui Whatsapp pada 24 Juni 2019. Pesan itu terbaca dengan tanda berwarna biru, namun ia tak merespons.
Tempo menghubungi nomor ponsel Antam pada 2 Juli 2019. Ia sempat mengangkat telepon itu, namun tak sempat menjawab dengan alasan sedang rapat. “Saya sedang rapat.” Dua kali Tempo mengirimkan surat permintaan wawancara kepadanya, tapi tak ditanggapi.