Sebelumnya, Ketua Pinsar Wilayah Jateng, Parjuni, mengatakan selama beberapa bulan terakhir jumlah produksi yang berlebih serta anjloknya harga ayam membuat para peternak merugi. Dampaknya, beberapa peternak harus menutup usahanya. Sedangkan sisanya bertahan meski harus menambah hutang atau bahkan menjual aset untuk menutup biaya produksi.
Harga ayam hidup saat ini di tingkat peternak hanya sekitar Rp 8.000-Rp10.000 per kilogram. Harga tersebut jauh di bawah harga pokok produksi atau HPP yang mencapai Rp 18.500 per kilogram. "Kalau mau disebut layak, mestinya harga ayam sekitar Rp 20.000 per kilogram," kata dia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution belum mengetahui penyebab pasti anjloknya harga itu. Dia menyarankan untuk menanyakan kepada Kementerian Perdagangan."Saya justru bingung kenapa segitu jauh bedanya di peternak dengan di pasar. Saya tidak tahu saya mesti cek dulu," ujar Darmin di kantornya.
Sementara itu di Jawa Barat, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Dan Peternakan Jawa Barat Koesmayadi Tatang Padmadinata mengatakan, tengah mendalami perkembangan harga jual ayam yang relatif masih tinggi di pasaran kendati harga di kandang turun. “Ini sedang didalami dengan kawan-kawan, dengan Satgas Pangan juga, supaya ini diketahui penyebabnya,” kata dia saat dihubungi Tempo, Rabu, 26 Juni 2019.
Koesmayadi mengatakan, pantauan harga daging ayam di pasaran di Kota Bandung misalnya relatif masih tinggi dengan harga berkisar Rp 30 ribu per kilogram. Sementara harga penjualan ayam di kandang, langsung dari peternak, relatif rendah berkisar Rp 11-13 ribu per kilogram.
AHMAD FIKRI I BISNIS