TEMPO.CO, Riyadh – Pemerintah Arab Saudi baru saja mendapat kabar menyenangkan dari sekutu terdekatnya Amerika Serikat.
Baca juga: Revolusi Sudan, Arab Saudi Dukung Dewan Militer Transisi
Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan rencana menjual sistem senjata canggih senilai US$8 miliar dolar atau sekitar Rp115 triliun kepada sejumlah negara Arab yaitu Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Yordania.
Trump menyebut faktor Iran di Timur Tengah sebagai alasan untuk meloloskan penjualan senjata ini. “Penjualan ini akan mendukung sekutu dan meningkatkan stabilitas di Timur Tengah, dan membantu negara-negara ini melawan dan membela diri mereka terhadap Iran,” kata Mike Pompeo, menteri Luar Negeri AS, pada Jumat, 24 Mei 2019.
Baca juga: Industri Militer Arab Saudi Hemat Rp 120 Triliun
Pompeo menyebut Iran telah melakukan tindakan yang mengancam keamanan kawasan Timur Tengah selama bertahun-tahun. Ini mengganggu stablitas di sini serta keamanan AS.
Penjualan senjata ini termasuk 22 transfer senjata dan amunisi yang tertunda selama ini. Pompeo mengatakan keputusan penjualan senjata bernilai besar ini dilakukan tanpa persetujuan Kongres, yang cenderung menolak.
Anggota DPR AS, misalnya, merasa keberatan jika senjata canggih buatan AS ini dipakai Saudi untuk perang di Yaman. Ini karena pilot jet tempur Saudi kerap salah menembak dan menewaskan warga sipil baik di pemukiman, pasar dan rumah sakit.
Baca juga: Jamal Khashoggi Tewas, 3 Perwira Militer Saudi Diduga Terlibat
Dalam rincian ke Kongres, Pompeo mencantumkan sejumlah senjata canggih yang dikirim ke Saudi. Ini termasuk amunisi presisi terpandu buatan perusahaan manufaktur Raytheon, komponen untuk pesawat Boeing Co F-15, rudal anti-tank Javelin, yang dibuat bersama oleh Raytheon dan Lockheed Martin Corp.
AS juga menjual sejumlah mesin jet tempur F-16, dan komponen laser canggih yang bakal dipasang di pesawat jet tempur Eurofighter dan Tornado buatan Eropa dan telah dibeli Arab Saudi.
Anggota Kongres AS mengkritik penjualan ini. “Saya merasa kecewa tapi tidak terkejut bahwa pemerintahan Trump telah ggal sekali lagi untuk memprioritaskan kepentingan keamanan nasional jangka panjang atau berdiri membela Hak Asasi Manusia. Dan malah memberikan bantuan kepada negara otoriter seperti Arab Saudi,” kata Senator Bob Menendez dalam pernyataannya.
Baca juga: AU Saudi Tembak Jatuh Drone Militer Kelompok Houthi
Selain membeli berbagai produk jadi militer, Arab Saudi juga mencoba membangun industri militer. Negara yang dipimpin Raja Salman dan Putra Mahkota, Arab Saudi, Mohammed Bin Salman, ini menunjuk seorang profesional bernama Andreas Schwer, mantan eksekutif di perusahaan militer Rheinmetall dan Airbus, untuk memimpin pengembangan Saudi Arabian Military Industry atau SAMI ini.
Menurut Schwer, pengembangan SAMI merupakan bagian sentral dari Visi 2030 yang telah disampaikan putra mahkota. “Pemerintah membuat tim untuk merancang pembangunan industri pertahanan ini,” kata Schwer seperti dilansir Defense News.
Pemerintah Saudi menjadikan sejumlah negara sebagai acuan yaitu Turki, Korea Selatan, Afrika Selatan, dan beberapa negara Barat lainnya.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump memegang grafik penjualan perangkat keras militer saat berbincang dengan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman di Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat, 20 Maret 2018. (AP Photo/Evan Vucci)
Menurut Schwer, pemerintah Saudi membangun sebuah induk perusahaan yang menaungi berbagai perusahaan dengan fokus berbeda seperti teknologi luar angkasa, teknologi angkatan darat, teknologi angkatan laut, amunisi, aviasi, dan perkapalan.
Baca juga: Serangan Parade Militer, Arab Saudi Kecam Tudingan Iran
Schwer mengatakan pola induk perusahaan ini membuat kerja pembangunan industri ini menjadi terintegrasi. “Anda bisa mencurahkan semua ide Anda,” kata dia. Ini juga didukung bujet tahunan yang jumlahnya besar yaitu sekitar US$70 miliar atau sekitar Rp1000 triliun.
SAMI juga mendorong penggunaan komponen lokal sebanyak 50 persen sesuai Visi 2030. “Kami harus memiliki target meningkatkan konten lokal dari 2 persen saat ini,” kata dia. Ini artinya ada komponen lokal untuk perawatan, perbaikan, perombakan sistem pertahanan. Ini dilakukan dengan mengubah pola kemitraan dari Saudi sebagai pembeli dan negara vendor sebagai penjual menjadi pola kemitraan.
“Mereka boleh membawa semua teknologi, keterampilan dan pengetahuan ke dalam kerajaan,” kata dia. Saudi akan memberikan akses pasar senjata khusus kepada vendor dan mereka harus membangun perusahaan patungan untuk bersama-sama membangun komponen lokal.