TEMPO.CO, Jakarta – Pemerintah DKI Jakarta menargetkan light rail transit (LRT) Jakarta beroperasi komersial pada awal Juni mendatang atau sebelum Lebaran. Saat ini, PT LRT Jakarta, operator LRT Jakarta, masih menunggu penerbitan sejumlah syarat administratif agar kereta ringan itu bisa beroperasi.
"Mudah-mudahan bisa selesai cepat, (peresmian) sedang dalam pembicaraan. Saya sih berharap sebelum Lebaran sudah selesai," kata Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Gedung PKK Melati Jaya, Jakarta Selatan, Jumat, 10 Mei 2019.
Baca: Lima Stasiun LRT Jakarta Ternyata Belum Punya IMB, Kenapa?
Saat ini, kata Anies, PT LRT Jakarta masih menyelesaikan sejumlah persyaratan administratif seperti rekomendasi teknis dari Dinas Perhubungan DKI Jakarta, surat penugasan dari PT Jakarta Propertindo, izin usaha, izin prasarana dan izin mendirikan bangunan (IMB) untuk seluruh stasiun.
LRT Jakarta rute Rawamangun-Kelapa Gading berulang kali mengalami penundaan jadwal beroperasi. Saat pencanangan, kereta ringan itu ditargetkan beroperasi menjelang Asian Games pada Agustus 2018. Namun menjelang pembukaan turnamen skala internasional itu, PT LRT Jakarta baru menyelesaikan dua dari enam stasiun.
Awal 2019, PT LRT Jakarta menginformasikan kesiapan angkutan massal berbasis rel itu telah mencapai 97 persen. Saat itu, kereta ringan tersebut ditargetkan beroperasi pada Februari 2019. Namun, Kementerian Perhubungan kemudian merevisi rencana itu menjadi akhir Maret 2019. Faktanya, hingga awal bulan ini, kereta ringan dengan rute sepanjang 5,8 kilometer hanya beroperasi untuk uji coba.
Suasana di dalam gerbong LRT Jakarta, yang melayani perjalanan dari stasiun Pegangsaan II, Kelapa Gading menuju stasiun Velodrome, Rawamangun, Sabtu, 27 April 2019. TEMPO/Cheta Nilawaty
Setelah semua perizinan LRT Jakarta rampung, kata Anies, akan ada perjanjian kerja sama antara PT LRT Jakarta dengan pemerintah DKI. "Jadi sebenarnya lebih kepada aspek adminstratif. Aspek-aspek ini nampaknya kecil, tapi punya konsekuensi kepada ketertiban," kata dia.
Sementara itu, Direktur Proyek LRT Jakarta PT Jakarta Propertindo Iwan Takwin menjelaskan LRT Jakarta telah mengantongi rekomendasi teknis terkait keselamatan, sarana (kereta), dan prasarana (stasiun dan rel) dari Kementerian Perhubungan. Tiga rekomendasi itu bakal menjadi dasar bagi Dinas Perhubungan DKI untuk menerbitkan izin operasi kereta ringan itu.
Iwan menjelaskan untuk izin usaha perkeretapian masih dalam proses penerbitan. “Tinggal nunggu terbitnya saja,” kata dia.
Baca: Andalkan Integrasi, LRT Jakarta Optimistis Capai Target Penumpang
Izin usaha perkeretapian itu, kata Iwan, menjadi dasar hukum untuk pemungutan uang tiket kereta ringan itu dari penumpangnya dan non-farebox atau pendapatan non-tiket bagi PT LRT Jakarta. Pemerintah DKI dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) telah menyepakati besaran tarif flat LRT Jakarta sebesar Rp 5 ribu.
Iwan juga mengatakan IMB stasiun LRT Jakarta masih dalam proses penerbitan. Penerbitan IMB itu sempat terhambat lantaran menunggu rampungnya seluruh fasilitas stasiun. “Kemarin kan memang ada yang telat, lift, eskalator, itu sempat, ada trouble,” ujarnya.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu DKI Jakarta Benni Agus Chandra menuturkan seluruh stasiun LRT Jakarta belum mengantongi IMB. Dinas saat ini tengah memproses gambar perencanaan arsitektur (GPA) stasiun tersebut. “GPA-nya baru selesai, setelah itu masuk IMB," ujarnya. Dia belum dapat memastikan tenggat waktu penyelesaian GPA agar IMB stasiun itu bisa terbit.
Baca: Jauh-dekat, Tiket LRT Jakarta Kelapa Gading-Velodrome Rp 5.000
Selain menunggu perizinan administrasi terbit, LRT Jakarta masih menyelesaikan pembangunan jembatan penghubung atau skybrodge dari stasiun LRT Velodrome ke halte Transjakarta Pemuda Rawamangun. Jembatan ini dapat dimanfaatkan penumpang untuk berpindah moda tanpa keluar stasiun.
Iwan mengatakan progres pembangunan telah mencapai 60 persen. Ditargetkan dapat selesai sebelum LRT Jakarta diresmikan sehingga bisa langsung digunakan.
Integrasi antara LRT dan Transjakarta merupakan salah satu hal yang akan diandalkan oleh PT LRT Jakarta untuk menarik penumpang. Direktur Utama PT LRT Jakarta Allan Tandiono menjelaskan dengan terintegrasinya LRT Jakarta dengan bus Transjakarta, waktu tempuh Kelapa Gading, Jakarta Utara, ke kawasan perkantoran di Jalan Jenderal Sudirman, sekitar 55 menit.
Dengan integrasi itu, Allan optimistis target penumpang LRT Jakarta sebanyak 14.225 penumpang per hari bisa tercapai. “Kalau enggak terintegrasi, dapat penumpang 14 ribuan per hari itu susah,” kata dia.
Rencana ke depannya, LRT Jakarta ini akan diperpanjang sampai ke Tanah Abang. Dari sana, jalur LRT akan terintegrasi dengan MRT dan moda transportasi lain, termasuk bergabung dengan Transit Oriented Development atau TOD di Dukuh Atas.
GANGSAR PARIKESIT | JULNIS FIRMANSYAH