Tempo bertemu seorang anggota Anarko Sindikalis. Ia meminta identitasnya disamarkan. “Gerakan ini punya dasar yang sama dengan Marxisme, yakni menentang kapitalisme,” kata dia.
Baca juga: Polri Jerat Anggota Anarko Sindikalisme Pasal Pidana Ringan
Menurut pria ini, gerakan Anarko Sindikalis mirip dengan aksi intifada di Palestina, yang menggunakan cadar dan juga mencoret-coret tempat umum. Gerakan mereka serupa dengan aksi mencoreti jalanan setelah kemerdekaan Republik Indonesia.
Anarko Sindikalis, kata dia, tidak selalu mencoret-coret tempat umum dalam setiap gerakannya. Cara mereka melawan kapitalisme bergantung pada target dan tujuannya.
Anarko biasanya punya target umum, yakni mengganggu fasilitas-fasilitas perusahaan kapitalis yang bermasalah dengan pemenuhan hak-hak buruh. Bisa juga mengganggu perusahaan multinasional yang merusak lingkungan di belahan dunia manapun, termasuk perusahaan yang punya jaringan dengan politikus yang merusak lingkungan.
Ihwal perusakan fasilitas umum, kata dia, masih menjadi perdebatan hebat di kalangan varian anarkis. Yang setuju dengan perusakan fasilitas umum punya argumentasi bahwa fasilitas yang dirusak itu belum milik umum, melainkan fasilitas milik kontraktor.
Baca juga: Hari Buruh, Massa Mahasiswa Berpenutup Wajah Dibubarkan Polisi
Fasilitas itu mengatasnamakan kepentingan umum, misalnya taman-taman kota yang hanya bisa diakses kalangan tertentu atau kalangan pemilik modal (borjuis). “Aksi-aksi itu jadi tradisi, termasuk pakaian hitam sebagai simbol saja,” kata dia.
Selama ini Anarko mendapatkan cap negatif karena ada upaya mendistorsi makna. Negara menggiring opini bahwa anarko merusak dan opini itu disebarkan melalui media massa. “Tujuan Anarko Sindikalis memang melenyapkan negara sehingga negara manapun pasti berupaya sekuat mungkin untuk membendung ide-ide mereka yang semakin membesar,” kata dia.
Seorang aktivis lainnya menyebutkan gerakan Anarko Sindikalis di Yogyakarta terhubung dengan Bandung. Gerakan Anarko Sindikalis tidak punya struktur organisasi dan pimpinan. Mereka bergerak secara kolektif atas kesadaran bersama untuk melawan kapitalisme.
Anak-anak muda tertarik bergabung dengan anarko sindikalis karena idenya tidak mau terikat dengan organisasi yang kaku. Secara kolektif gerakan ini mampu menyatukan anggotanya. “Cita-cita mereka masyarakat tanpa kelas dan struktur (birokrasi),” kata dia.
Simak juga: Meliput Hari Buruh, Jurnalis di Bandung Mengaku Dipiting Polisi
Di Yogyakarta gerakan Anarko Sindikalis masuk dalam aksi unjuk rasa menolak pembangunan Bandar Udara New Yogyakarta International Airport atau NYIA di simpang Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1 Maret 2018. Mereka memblokade lalu lintas Jalan Solo-Yogyakarta, membakar pos polisi yang berada di persimpangan.