Di suratnya itu, SBY menegaskan dirinya tak suka rakyat Indonesia dibelah sebagai pro-Pancasila dan pro-khilafah. Jika polarisasi semacam itu dibangun dalam kampanye, mantan presiden dua periode ini mengaku khawatir bangsa Indonesia benar-benar terbelah ke dalam kubu yang berhadapan dan bermusuhan selamanya. Menurut dia, masih banyak cara kampanye lainnya. Ia mengungkit soal kampanye yang dilakukan partainya pada 2004, 2009, dan 2014.
Baca: Isi Lengkap Surat SBY Tak Setuju Konsep Kampanye Akbar Prabowo
"Saya pikir masih banyak narasi kampanye yang cerdas dan mendidik," ucapnya. "Bangsa kita sangat majemuk. Kemajemukan itu di satu sisi berkah, tetapi di sisi lain musibah. Jangan bermain api, terbakar nanti."
Ia pun mengkoreksi narasi yang selama ini berkembang bahwa Prabowo diidentikkan dengan khilafah, sedangkan pesaingnya Joko Widodo atau Jokowi dituding komunis. Dia menilai narasi semcam ini tidak tepat, gegabah dan menyesatkan. "Sejak awal harusnya narasi seperti ini tidak dipilih. Tetapi sudah terlambat. Kalau mau, masih ada waktu untuk menghentikannya," ujarnya.
Partai Demokrat mengaku heran dengan beredarnya surat SBY tersebut. Ketua Bidang Advokasi dan Bantuan Hukum Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean menjelaskan surat itu ditulis SBY lantaran dirinya menerima laporan bahwa kampanye Prabowo identik dengan kelompok agama tertentu. Terkait saran SBY itu, Ferdinand mengaku, sudah disampaikan dan diakomodasi panitia kampanye akbar Prabowo – Sandi.
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bersama dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto memberi keterangan pers seusai pertemuan tertutup di kediaman Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara, Jakarta, Senin, 30 Juli 2018. Dalam pertemuan tersebut, Partai Demokrat resmi berkoalisi dengan Partai Gerindra dalam pilpres 2019. TEMPO/Subekti.
Juru bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga ini berujar, saran SBY sudah berjalan dalam kampanye akbar. Dia merujuk pada adanya pembacaan doa dari perwakilan agama Protestan, Katolik, dan Buddha saat kampanye.
"Saran-saran Pak SBY semua sudah dilaksanakan. Kami ingin menunjukkan kepada dunia dan Indonesia bahwa Prabowo Sandi tidak benar seperti yang dituduhkan, ingin membuat khilafah dan sebagainya itu," kata Ferdinand kepada Tempo, Ahad, 7 April 2019. Menurut dia, laporan terkait kampanye akbar Prabowo sudah disampaikan kepada SBY melalui stafnya. "Beliau menerima dengan baik situasi itu."
Menanggapi surat SBY tersebut, kubu Prabowo – Sandi secara tegas menampik jika kampanye akbar di GBK itu dinilai tak insklusif. Ketua Panitia Acara Kampanye Akbar Muhammad Taufik mengungkapkan tim panitia sejak awal telah menyusun kampanye itu secara inklusif. Taufik mengaku tak menerima saran SBY itu, baik lisan maupun tulisan. Informasi soal surat SBY itu dia dapat dari media massa.
Politikus Partai Gerindra ini menegaksan soal pembacaan doa dari sejumlah perwakilan agama itu juga telah direncanakan sebelum ada kritik dari SBY. "Gerindra kan selalu begitu (melibatkan semua agama). Tapi jangan dilihat salat subuhnya, kalau salat subuh mana ada agama lain," kata Taufik kepada Tempo, Ahad malam, 7 April 2019.