Sementara itu, Vice President Corporate Communications Tokopedia, Nuraini Razak, mengatakan tahun ini pihaknya berambisi untuk memperluas skala dan jangkauan layanan. Caranya dengan meningkatkan efisiensi operasional untuk jutaan mitra di ekosistem perusahaan.
Saat ini, Tokopedia menjalin kerja sama dengan banyak lembaga keuangan, seperti bank dan perusahaan teknologi finansial (fintech), untuk menyalurkan kredit hingga memudahkan transaksi konsumen. “Fokus utama kami tahun ini adalah mengembangkan ekosistem menjadi infrastructure as a service, yaitu membuat teknologi logistik, fulfillment, pembayaran, dan layanan keuangan, untuk memberdayakan perdagangan online dan offline,” ucap Nuraini, kepada Tempo.
Adapun Traveloka kemarin mengumumkan telah resmi beroperasi di Australia. Pengguna di Negeri Kangguru kini dapat mengakses layanan Traveloka, baik melalui website maupun aplikasi. “Kami antusias bisa menambah negara baru di luar Asia Tenggara,” kata Head of Global Partnership Traveloka, Yady Guitana. “Australia memiliki infrastruktur yang lebih baik dari sisi koneksi, pembayaran, dan adopsi Internet.”
Berlomba-lombanya para unicorn berekspansi ke luar negeri menunjukkan bagaimana ekonomi digital telah menjadi sumber kekuatan baru untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Pemerintah pun tak tinggal diam untuk menyiapkan strategi guna menarik minat investor terhadap sektor ini.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menuturkan salah satu fokus yang tengah dikebut adalah pembangunan infrastruktur Internet, yaitu Palapa Ring di barat, tengah, dan timur Indonesia. “Kami ingin fasilitasnya lebih lengkap, ada level of playing field yang sama besarnya,” ujarnya.
Sri Mulyani. Indrawati. Instagram.com/@smindrawati
Sri Mulyani pun mendorong pengusaha domestik tak ragu mengembangkan kreativitas dan inovasinya di tengah peluang ekonomi digital yang semakin besar. Keberhasilan sejumlah startup lokal, seperti Go-Jek, Tokopedia, BukaLapak, dan Traveloka, menyandang status unicorn dalam waktu singkat dapat dijadikan contoh. “Pengusaha harus memikirkan ini, sehingga bisnis yang dulunya tidak mungkin bisa menjadi mungkin,” kata Sri. “Mereka mulai dari yang kecil, dan ternyata kalau di-scale up bisa jadi miliaran dan triliunan.”
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Thomas Lembong, mengungkapkan penanaman modal sektor ekonomi digital penting untuk menopang pertumbuhan investasi langsung asing (FDI) yang tengah melambat beberapa tahun terakhir. “Sektor start-up digital dan e-commerce menjadi penyelamat FDI bersama dengan sektor pembangunan smelter,” kata dia.
BKPM mencatat rata-rata FDI setiap tahun berkisar US$ 9-12 miliar. Sebanyak 15-20 persen dari nilai tersebut masuk ke perusahaan start-up digital dan e-commerce. “Perkiraan kami nilainya sekitar US$ 2-2,5 miliar,” kata Thomas.
Menurut Thomas, investasi ekonomi digital masih berpeluang untuk terus digenjot. Namun, dia mengingatkan, persaingan merebut investor di sektor ini kian ketat di kawasan Asia Tenggara. “Negara tetangga saingan kita mulai melek, mereka mulai all out, habis-habisan mendorong startup mereka untuk bisa berlomba menarik modal yang sama.”
Baca: Dorong Ekonomi Digital, Rudiantara: Less Regulation is The Best
Oleh karena itu Pemerintah Indonesia tak boleh kecolongan untuk terus membangun iklim investasi yang kondusif bagi industri ekonomi digital tersebut. “Karena kalau tidak, negara tetangga sudah siap ambil kesempatan itu,” kata Thomas.
ANDI IBNU | GHOIDA RAHMAH