Survei terbaru lembaga Indikator Politik pada Desember tahun lalu menunjukkan indikasi naiknya angka golput. Dalam sigi itu, responden yang secara tegas menyatakan tidak akan memilih mencapai 1,1 persen. Jumlah tersebut naik 0,2 persen dibanding survei dua bulan sebelumnya.
Direktur Eksekutif Indikator Politik, Burhanuddin Muhtadi, memprediksi jumlah riil golput saat ini bisa di atas 20 persen jika kelompok yang belum memutuskan pilihan (9,2 persen) dan pemilih mengambang (14 persen) ikut-ikutan tidak mencoblos.
Burhanuddin berpendapat golput bisa menggerus elektabilitas kedua pasangan calon. Siapa yang lebih dirugikan dan yang diuntungkan, itu bergantung pada wilayah dan segmen demografi. Pada 2014, menurut dia, Jokowi unggul 6 persen karena tingkat soliditas pendukung Prabowo lebih rendah.
“Jadi, golput di kalangan pemilih Prabowo saat itu mendukung kemenangan Jokowi,” katanya. “Bagaimana 2019? Lagi-lagi tergantung wilayah. Plus sekarang banyak pendukung idealis yang mulai berpikir ulang soal dukungannya ke Jokowi.”
Penelitian lembaga Hicon Law & Policy Strategy--lembaga riset hukum dan kajian politik--dua pekan lalu juga memprediksi jumlah golput tahun ini bakal tinggi seperti pada Pemilu 2009 dan 2014, yang mencapai masing-masing 28,3 persen dan 29,01 persen.
Kali ini partisipan golput diprediksi bakal berasal dari kalangan pegiat isu hak asasi manusia, pendukung mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, aktivis gender, dan mereka yang merasa jenuh dengan strategi kampanye kedua kubu. Jika betul, ini akan sangat merugikan kubu Jokowi - Ma’ruf.
Direktur Komunikasi Politik Tim Kampanye Nasional Jokowi - Ma'ruf, Usman Kansong, membenarkan adanya potensi golput dari kalangan aktivis. Tapi, menurut dia, jumlah tersebut tidak terlalu besar dan yang terbanyak dari kalangan pemilih pemula atau kelompok muda.
Itu sebabnya, kelompok muda menjadi target utama kampanye anti-golput kubu nomor 01. “Kami memberikan imbauan lewat media dan menarik tokoh nasional untuk kampanye anti-golput,” ujar Usman, kemarin.
Bukan berarti kubu Prabowo Subianto - Sandiaga Salahuddin Uno tidak peduli terhadap potensi golput. “Apalagi akhir-akhir ini di medsos banyak saling hujat, itu meningkatkan apatisme masyarakat,” ujar Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga, Eddy Soeparno. Bila dibiarkan, "Golput itu bisa negatif ke kedua kubu."
Menurut Eddy, BPN Prabowo - Sandiaga telah memetakan sikap para pemilih. Berdasarkan survei internal, jumlah pemilih yang menyatakan akan golput mendekati 10 persen. Saat ini, tim mereka berupaya mendekati kelompok tersebut agar berubah sikap dari golput menjadi pemilih Prabowo - Sandiaga.