Di media sosial obrolan soal Golput juga menguat dalam dua pekan terakhir. Drone emprit, teknologi pemantau percakapan di Twitter karya Ismail Fahmi, merekam perbincangan soal golput sudah mencuat sejak Debat Pilpres 2019 pertama pada 17 Januari lalu. Kala itu, kedua kubu beradu gagasan soal isu hukum, hak asasi manusia, korupsi, dan terorisme.
Baca juga: Perludem Klasifikasikan Golput ke Dalam Dua Jenis
Pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi, mengatakan percakapan golput mulai terpantau ketika calon presiden inkumben Joko Widodo menetapkan Ketua Majelis Ulama Ma’ruf Amin sebagai calon wakilnya. Meski begitu, percakapan golput ketika itu masih kecil. Isu golput membesar ketika debat perdana pemilihan presiden. “Banyak yang belum puas dengan kinerja Jokowi. Mereka memutuskan untuk tidak mendukung dan tidak mau dengan calon lain,” ujar Fahmi di Jakarta, kemarin.
Analisis opini di media sosial Drone Emprit menunjukkan empat isu terkait dengan golput, di antaranya percakapan membahas wacana pembebasan Ba’asyir yang memenuhi 31 persen atau 1,906 percakapan selama empat hari setelah debat; dan kemunculan akun capres fiktif, Nurhadi-Aldo, yang menyumbang angka percakapan tentang golput sebesar 26 persen atau 1.568 percakapan.
Fahmi mengatakan kemunculan kembali percakapan tentang golput ini akan bergantung pada peristiwa politik hingga menjelang pemungutan suara pada 17 April nanti. Sebab, menurut dia, dukungan terhadap golput juga berhasil diimbangi oleh percakapan untuk anti-golput. “Yang mengajak golput kebanyakan akar rumput dan kurang tampak. Suara golput kalah oleh suara influencer yang menolak golput,” ujarnya.
Menurut Fahmi, berdasarkan analisis percakapan drone emprit, percakapan golput lebih banyak menghantui atau terjadi di kalangan kelompok yang bersinggungan dengan Jokowi. Misalnya, pembicaraan seputar isu pembebasan Abu Bakar Baasyir dalam pemetaan Fahmi lebih bernada agar memilih golput.
Isu Ahok, kata Fahmi, merupakan “penyelamat” golput di kubu Jokowi. Sebab, perbincangan seputar Ahok pasti terkait dengan surat mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu agar menggunakan hak suara. “Nah orang mengasosiasikan Ahok dekat Jokowi jadi harus pilih Jokowi bukan golput,” kata Fahmi.
PoliticaWave mencatat peningkatan percakapan golput terjadi setelah debat pemilihan presiden. Kepala Divisi Analisis PoliticaWave, Nadia Shabilla, mengatakan isu tersebut langsung tertutup oleh peristiwa bebasnya Basuki Tjahaja Purnama.
“Jumlah percakapan soal golput tidak signifikan dan ketahanan isunya hanya beberapa hari,” ujar dia. Puncaknya terpantau pada 22 Januari lalu, ketika santer kabar pembebasan Ba’asyir. Dari total 39.168 percakapan selama sepuluh hari terakhir, tercatat 5.550 percakapan golput terjadi pada hari itu.
Simak juga: Bela Rocky Gerung, Haris Azhar Tetap Akan Golput di Pilpres 2019
Nadia memprediksi percakapan soal golput akan terjadi hingga pemungutan suara. Tujuannya, menurut dia, untuk menggerus basis pendukung dua calon presiden dan wakilnya. “Kemunculan isu ini biasanya memiliki pemicu. Harus ada extraordinary moment,” katanya.
Bagaimana pemetaan golput dalam sigi?