TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Venezuela Nicolas Maduro menyatakan dirinya siap berunding dengan kelompok oposisi yang dipimpin Juan Guaido demi perdamaian dan masa depan Venezuela.
Maduro pun mensyaratkan pembicaraan dengan oposisi dimediasi oleh internasional.
"Saya siap untuk duduk di meja perundingan dengan oposisi untuk berbicara hal yang bermanfaat bagi Venezuela, demi perdamaian dan masa depannya," kata Maduro kepada media Rusia, RIA pada hari Rabu, 30 Januari 2019.
Baca: PBB: Venezuela Menahan 850 Demonstran
Maduro tidak merinci apa saja yang akan dinegosiasikan dengan kelompok oposisi dan kapan serta di mana pembicaraan itu diadakan dan mediator yang ditunjuk.
Menurut laporan TRT World, 30 Januari 2019, kesediaan Maduro untuk berunding dengan oposisi dia suarakan sehari setelah Rusia mengatakan Caracas, ibu kota Venezuela, bakal menghadapi masalah untuk membayar pinjamannya dari Moskow setelah Washington menjatuhkan sanksi kepada Venezuela.
Washington telah menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Venezuela yang berlaku mulai Senin, 28 Januari 2019.
AS melarang perusahaan BUMN Venezuela, PDVSA atau PdVSA menjual minyaknya ke AS. Sanksi ini membuat Venezuela kehilangan pendapatan sekitar US$ 11 mliar atau setara dengan Rp 155 trtiliun. AS juga membekukan aset Venezuela senilai US$ 7 miliar atau setara dengan Rp 99 triliun.
Baca: Paus Fransiskus Khawatirkan Pertumpahan Darah di Venezuela
Guaido belum merespons kesediaan Maduro untuk bernegosiasi.Namun saat diwawancara CNN, Guaido memperingatkan bahwa dia tidak akan memulai dialog dengan rezim yang memenjarakan dan menyiksa oposisi politik.
Guaido yang konsisten menuntut Maduro mundur dari jabatannya sebagai presiden justru menawarkan amnesti kepada Maduro dan pasukan bersenjata yang mendukungnya sebagai bagian dari transisi demokrasi.
Maduro tetap tidak mengakui telah salah mengurus Venezuela. Ia menuding Washington sebagai biang kerok runtuhnya perekonomian Venzuela.
Baca: Kronologi Krisis Venezuela dan Manuver Oposisi Hadapi Maduro
Krisis keuangan selama bertahun-tahun berpuncak pada 2016 ketika Venezuela mengalami hiperinflasi dan kekurangan makanan dan bahan pokok lainnya secara besar-besaran. IMF mencatat inflasi diperkirakan mencapai 10 juta persen per tahun.
Krisis parah di Venezuela telah menewaskan sedikitnya 20 orang, melukai ratusan orang, dan sedikitnya 850 demonstran pro oposisi ditahan.
Krisis Venezuela telah membuat negara-negara di dunia terbelah antara mendukung Maduro atau Guadio. AS, Uni Eropa, dan negara-negara Amerika Latin mendukung Guaido, sementara Rusia. Cina, Turki, Korea Utara mendukung Maduro.