TEMPO.CO, Jakarta - Proses pengisian kursi Wagub DKI Jakarta yang kosong sepeninggal Sandiaga Uno maju cawapres memasuki babak baru. Sayangnya, babak baru ini bukan maju tapi malah mundur meski kursi telah kosong sejak Agustus lalu.
Baca:
PDIP Minta Anies Jadi Mediator PKS dan Gerindra Soal Wagub DKI Baru
Proses pengisian kursi itu diperkirakan semakin rumit setelah Ketua Fraksi Golkar, Ashraf Ali, dan Sekretaris Fraksi Partai Hanura di DPRD DKI, Veri Yonnevil, urun suara menilai dua calon yang diajukan PKS. Keduanya mempertanyakan penguasaan masalah oleh kedua calon yang dianggap 'bukan orang Jakarta'.
"Dua orang ini memahami nggak permasalahan di Jakarta? Karena Bang Asraf bilang, 'Saya saja nggak kenal dengan dua orang ini'," kata Veri, Rabu 19 Desember 2018. Dia menambahkan, "Ini Golkar yang partai lama bicara begitu, apalagi Hanura yang baru."
Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi, Wakil Ketua DPRD M. Taufik, dan Ketua Fraksi PKS DPRD Abdurrahman Suhaimi dalam diskusi Tarik Ulur Pemilihan Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta di Menteng, Jakarta Pusat, Rabu, 21 November 2018. TEMPO/M Julnis Firmansyah
Diminta konfirmasinya, Ashraf Ali membantah disebut fraksi Golkar menolak kedua calon yang telah ditawarkan PKS: Ahmad Syaikhu dan Agung Yulianto. Namun dia membenarkan penekana bahwa fraksinya tidak mengenal dua calon itu.
Simak juga:
Disebut Minta Erwin Aksa Jadi Wagub DKI, Anies: Gosip
"Tidak ada penolakan-penolakan, yang ada fraksi Golkar tidak mengenal," kata Ashraf saat dihubungi, Jumat 21 Desember 2018.
Ashraf menegaskan, Golkar tak memiliki kapasitas untuk menolak calon Wagub DKI usulan PKS. Pemilihan wagub baru pendamping Anies Baswedan, menggantikan Sandiaga, adalah hak dua partai pendukung yakni Gerindra dan PKS.