TEMPO.CO, Jakarta - Keputusan Sandiaga Uno menjual lagi saham PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) ternyata tak terlalu direspons oleh pasar. Hal tersebut terlihat dari frekuensi perdagangan saham tersebut sepanjang hari ini hanya 15 kali. Angka itu terbilang minim bila dibandingkan dengan pergerakan saham yang terbilang aktif bisa mencapai ribuan kali per hari.
Baca: Sandiaga Sudah 9 Kali Jual Saham Rp 500 Miliar untuk Kampanye
Pergerakan saham SRTG hari ini juga terpantau anjlok hingga 2,37 persen ke level Rp 3.710 per lembarnya. Secara year to date, menurut data RTI, sejak awal 2018 kinerja saham SRTG tercatat menuai hasil positif atau naik sebesar 3,63 persen.
Namun satu semester belakangan, kinerja saham SRTG tercatat anjlok sebanyak 4,87 persen. Sepekan belakangan saham ini terkesan tidur.
SRTG tercatat merugi hingga Rp 964,34 miliar per kuartal ketiga tahun ini. Bila dibandingkan pada kuartal yang sama tahun lalu, perusahaan memperoleh laba Rp 3,31 triliun.
Adapun kerugian perusahaan di antaranya berasal dari investasi pada efek ekuitas senilai Rp 1,15 triliun. Padahal, di tahun sebelumnya, ada keuntungan hingga Rp 3,15 triliun.
Dari kaca mata aset Saratoga, tercatat per 30 September 2018 mencapai Rp 25,7 triliun. Sementara liabilitas mencapai Rp4,52 triliun dengan ekuitas Rp20,87 triliun.
Analis CSA Research, Reza Priyambada mengatakan pertumbuhan laba perusahaan cenderung tak konstan. Laba perusahaan dari investasi juga cenderung menurun secara umum, terutama pada kuartal I, II dan III. “Karena itu fundamental perusahaan cenderung biasa-biasa saja,” ujarnya, Kamis, 6 Desember 2018.
Reza juga menilai, kinerja saham SRTG juga tak terlalu terpengaruh terhadap rencana pencalonan Sandiaga Uno sebagai calon wakil presiden nomor urut 02. Dia mengatakan efek penjualan saham yang dilakukan Sandiaga sebelumnya juga tak banyak memberikan efek pada pergerakan saham SRTG.