Sosiolog Universitas Gadjah Mada, Sunyoto Usman berpendapat pertikaian pendukung calon presiden yang berujung maut merupakan salah satu dampak dari iklim politik yang ditampilkan oleh politikus, yang saling tuding. Tidak damai.
Simak: Pengamat Nilai Konsep Visi Misi Kandidat Capres Belum Matang
"Diantaranya cara berpolitik politikus kita yang masih sering tuding, sering menjatuhkan, saling berdebat yang tidak sehat. Hingga terbawa dan ditiru oleh masyarakat yang edukasi politiknya masih rendah," kata Sunyoto saat dihubungi, Senin 26 November 2018.
Kondisi tersebut kata Sunyoto akan menggiring opini masyakarat jika Pilpres 2019 merupakan sebuah pertarung yang begitu besar, yang harus dimenangkan. Bahkan lanjut dia, hal ini juga berpotensi memunculkan asumsi untuk pertarung fisik.
Menurut Sunyoto, masyarakat yang hanya dijadikan alat politik bukan peserta pemilu memicu pergerakan ke tindakan yang irrasional, seperti rasa benar sendiri. Hal ini, kata dia, akan berlanjut ke aspek emosional, para pendukung tersebut nantinya akan mudah membenci..
Sunyoto mengatakan kondisi ini yang memungkinkan orang nekat untuk mengambil tindakan anarkis atau mengeluarkan ancaman membunuh. Sunyoto menilai, pihak yang terlibat dalam kontestasi politik seharusnya memposisikan masyarakat sebagai partisipan dalam politik, agar dukungan yang diberikan pun muncul lantaran kesepakatan gagasan.
"Sekarang banyak masyarakat yang edukasi politiknya masih rendah memberikan dukungan karena faktor kedekatan, faktor uang hingga mudah untuk dimobilisasi," kata dia.
Taufiq Siddiq, Budiarti Utami Putri, Fransisca Christy Romana
Simak berita seputar Pilpres 2019 di kanal Tempo.co