Sandiaga pertama kali menganalogikan kondisi ekonomi dengan tempe setelah mengunjungi beberapa daerah di Jawa pada awal September 2018. Sepulang dari kunjungan, Sandiaga menggelar jumpa pers, dalam sesi tanya jawab dengan wartawan, Sandiaga mengatakan menemukan banyak tempe setipis ATM. Sontak ucapannya ini mengundang perdebatan.
Simak: Setelah Sebut Setipis Kartu ATM, Sandiaga Lihat Tempe Sachet
Beberapa pekan kemudian, Sandiaga kembali menyindir kondisi ekonomi di Indonesia dengan mengatakan menemukan tempe saset. Baik tempe setipis ATM maupun tempe saset memilik makna bahwa harga bahan dan kebutuhan pokok sedang tinggi. Sehingga pedagang harus mengakali barang jualan mereka.
Direktur presidential Studies DECODE Fisipol Universitas Gadjah Mada sekaligus pengamat politik, Nyarwi Ahmad, mengatakan gaya komunikasi Sandiaga Uno ini disebut politik dumbing down. "Ini tren istilah yang muncul di Eropa dalam 10 tahun ini untuk menyederhanakan kalimat politik yang sangat serius," kata Nyarwi kepada Tempo, kemarin.
Baca: Tim Pemenangan Prabowo - Sandiaga Memboikot Sementara Metro TV
Dalam fenomena dumbing down ini, politikus cenderung menggeser istilah-istilah politik yang rigid dan diplomatis dengan istilah yang mudah dipahami. Biasanya, dumbing down muncul pada masa-masa pemilihan umum. Para kandidat mencoba mencari perhatian masyarakat dengan bahasa pidato yang sederhana dan jenaka.
Simak bagaimana Jokowi membalas politik tempe Sandiaga