TEMPO.CO, Jakarta - Kurs dolar terhadap sejumlah mata uang di Asia, termasuk rupiah, terus menguat dalam beberapa hari terakhir. Akibatnya, nilai tukar rupiah pun melemah. Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia pada perdagangan siang ini, Kamis, 6 September 2018, rupiah berada di posisi 14.891, menguat dibanding kemarin, yang sempat mendekati 15.000 per dolar Amerika Serikat.
Baca: Dolar Menguat, Toyota Belum Akan Naikkan Harga
Melemahnya nilai tukar rupiah membuat sejumlah pelaku industri berancang-ancang menaikkan harga produknya. Ketua Asosiasi Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia Adhi Siswaja Lukman mengatakan harga makanan dan minuman olahan naik 3-5 persen.
“Kenaikan harga merupakan jalan terakhir jika pelemahan rupiah tidak bisa dibendung. Pengusaha hanya mengantisipasi lesunya kurs rupiah sampai 14.500 per dolar Amerika,” ujarnya kepada Tempo, Rabu, 5 September 2018.
Kenaikan harga juga dilakukan produsen obat. Ketua Komite Perdagangan dan Industri Bahan Baku Farmasi Gabungan Pengusaha Farmasi Vincent Harijanto mengatakan produsen obat tak sanggup lagi menahan harga jika kurs rupiah menembus Rp 15 ribu per dolar Amerika.
Baca Juga:
Dia melanjutkan, saat rupiah mulai naik beberapa bulan lalu, perusahaan besar bisa melakukan efisiensi sehingga harga tidak naik. “Tapi, saat berkepanjangan seperti sekarang, mereka memilah produk yang siap dinaikkan harganya,” ucapnya.
Aktivitas penukaran mata uang asing di kawasan Kwitang, Jakarta, 8 Mei 2018. Nilai tukar rupiah berakhir melemah 51 poin atau 0,36% di Rp14.052 per dolar AS seiring pergerakan IHSG pada penutupan perdagangan hari ini, Selasa (8/5/2018). TEMPO/Tony Hartawan
Menurut Vincent, lembaganya juga mencermati potensi kenaikan harga bahan kemasan, khususnya plastik, yang juga sensitif terhadap kenaikan kurs dolar. Senada dengan Vincent, Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk Vidjongtius menuturkan, “Sebagian produk obat bebas dan nutrisi terpaksa dinaikkan harganya 3 persen di kuartal III ini.”
Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Plastik Indonesia Fajar Budiono mengatakan harga plastik rata-rata naik lebih dari 10 persen seusai Idul Fitri lalu. “Kami sesuaikan terus, naiknya sudah banyak,” tuturnya.
Namun, kata Fajar, kenaikan harga plastik kemasan barang konsumsi masih bisa ditahan sedikit demi menjaga pasar. “Untung harga minyak masih tetap, jadi tertolong,” katanya.
Kenaikan harga juga terjadi pada kendaraan roda empat. Harga minibus Mitsubishi Xpander, misalnya, naik Rp 2 juta. Head of Sales and Marketing Group PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia Imam Choeru Cahya menyebutkan, sejak Agustus lalu, harga Xpander naik karena beberapa komponennya masih diimpor. “Komponen lokal memang sudah 65 persen, tapi masih ada 35 persen komponen yang masih impor,” ujarnya.
Berdasarkan pantauan Tempo di sejumlah supermarket dan apotek, harga makanan impor, seperti daging olahan dan susu, belum mengalami kenaikan tajam. Begitu pula dengan harga obat-obatan impor. “Kalau ada perubahan mendadak, pasti akan segera disosialisasi ke pembeli dan label harganya diganti,” ucap Riani, pramuniaga swalayan di kawasan Jakarta Pusat.
Baca juga: Rupiah Melemah, Rini Soemarno Siapkan Sejumlah Langkah
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengakui ada potensi kenaikan harga barang akibat naiknya kurs dolar. Untuk menekan dampak pelemahan kurs, menurut dia, pemerintah menyiapkan berbagai antisipasi, salah satunya peningkatan konten produk lokal dan membatasi impor.
GHOIDA RAHMAH | ANDI IBNU | YOHANES PASKALIS | WAWAN PRIYANTO