Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kena Sanksi, Erdogan Sebut Amerika Tusuk Turki di Punggung

Editor

Budi Riza

image-gnews
Presiden Rusia, Vladimir Putin menyambut kedatangan Presiden Turki  Recep Tayyip Erdogan saat bereada di  Konstantin palace, St.Petersburg, Rusia, 9 Agustus 2016. Petermuan ini merupakan salag satu perbaikan hubungan kedua negara. AP/Alexander Zemlianichenko
Presiden Rusia, Vladimir Putin menyambut kedatangan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan saat bereada di Konstantin palace, St.Petersburg, Rusia, 9 Agustus 2016. Petermuan ini merupakan salag satu perbaikan hubungan kedua negara. AP/Alexander Zemlianichenko
Iklan

TEMPO.CO, Istanbul – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan serangan terhadap stabilitas perekonomian negaranya masih akan berlanjut menyusul pelemahan nilai tukar lira sejak Jumat, 10 Agustus 2018.

Baca:
Erdogan Sebut Amerika Lancarkan Perang Dagang
Pemilu Turki, Trump Ucapkan Selamat kepada Erdogan

Erdogan berharap lira bakal kembali menguat setelah sempat melemah hingga 7,2 lira per dolar Amerika Serikat. Ia mengatakan jatuhnya nilai tukar lira baru-baru ini merupakan hasil sebuah plot dan bukan cerminan fundamental ekonomi.

 “Kita bersama di NATO dan kemudian Anda mencoba menusuk punggung mitra strategis di punggung. Apakah cara seperti itu bisa diterima?” katanya merujuk sanksi Amerika, yang menaikkan tarif impor baja dan aluminium asal Turki menjadi dua kali lipat, seperti dilansir CNBC, Senin, 13 Agustus 2018.

Baca: Mata Uang Lira Terpuruk, Erdogan Minta Warga Turki Jual Dollar

“Turki sedang menghadapi sebuah pengepungan ekonomi. Kami mengambil serangkaian langkah melawan serangan-serangan ini dan akan terus melakukannya,” ujarnya dalam serangkaian pidato sejak akhir pekan lalu untuk menenangkan publik dan para pelaku pasar di Turki.

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan Amerika tidak akan mencapai tujuannya menekan dan mengenakan sanksi kepada Turki. Dalam sebuah konferensi bersama para duta besar di Ankara, Cavusoglu meminta Washington tetap loyal kepada ikatan berdasarkan pertemanan tradisional dan aliansi NATO.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump berjabat tangan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dengan disaksikan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Brussels Belgia, 11 Juli 2018. (Presidency Press Service via AP, Pool)

Hubungan Turki dan Amerika memanas ketika Presiden Amerika Donald Trump mengenakan sanksi dengan menaikkan tarif impor baja dan aluminium dari Turki masing-masing 50 persen dan 20 persen. Kenaikan tarif impor ini bakal membuat harga jual produk asal Turki menjadi mahal dan sulit bersaing dengan produk kompetitor dari negara lain.

Trump juga memberikan sanksi kepada dua menteri Turki, yaitu Menteri Kehakiman Abdulhamit Gul dan Menteri Dalam Negeri Suleyman Soylu, terkait dengan penahanan pastor asal Amerika, Andrew Brunson.

Otoritas Turki mengenakan tahanan rumah kepada Brunson dari sebelumnya tahanan penjara, yang telah dijalani 20 bulan. Otoritas Turki menuduh Brunson terlibat membantu kelompok kudeta militer yang gagal terhadap Erdogan pada 2016 lalu. Trump meminta Turki membebaskan Brunson dengan menyebutnya tidak bersalah.

Tinggalkan Dolar

Menghadapi pelemahan nilai tukar mata uang lira, yang telah melemah sekitar 45 persen sejak awal tahun, Erdogan menjajaki kemungkinan meninggalkan dolar.

Sebagai gantinya, seperti dilansir media Hurriyet Daily News, Turki akan menggunakan mata uang nasionalnya saat bertransaksi dengan mitra dagang terbesar, seperti Cina, Rusia, Ukraina, dan Iran. Turki juga menjajaki langkah serupa dengan Uni Eropa.

Soal ini, pemerintah Rusia menyambut baik dengan mengatakan telah menawarkan hal itu dalam sejumlah diskusi dengan Turki. Terlebih, nilai tukar rubel juga melemah sekitar 1-2 persen seusai pengumuman sanksi baru oleh pemerintah Amerika terhadap Rusia. Sanksi ini terkait dengan serangan terhadap bekas agen ganda Sergei Skripal di Inggris pada Maret 2018.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Isu penggunaan mata uang nasional dalam perdagangan bilateral merupakan topik yang telah diangkat pemerintah Rusia sejak lama dan konsisten di berbagai level pembicaraan, termasuk level atas,” ucap juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, seperti dilansir Sputniknews dan Haaretz, Senin, 13 Agustus 2018.

Peskov melanjutkan, "Presiden (Vladimir) Putin telah beberapa kali berbicara soal ini dan aspek praktis penerapannya."

Baca: Amerika Serikat Kenakan Sanksi Kepada Dua Menteri Turki

Pemerintah Rusia menilai penerapan penggunaan mata uang nasional dalam transaksi perdagangan bilateral membutuhkan kalkulasi yang detail dalam penerapannya.

“Ini yang kami perjuangkan untuk hubungan bilateral perdagangan dan ekonomi,” tutur Peskov. “Dan ini sudah dibicarakan berulang kali dalam diskusi ekonomi bilateral antara Rusia dan Turki.”

Tambah Likuiditas

Menyusul terjadinya pelemahan nilai tukar lira, pemerintah Turki melakukan pelonggaran likuiditas, yang dimotori bank sentral Turki atau CBRT. Mulai awal pekan ini, CBRT melonggarkan ketentuan saldo cadangan minimum di perbankan untuk tabungan berbasis lira, valuta asing, hingga emas.

Presiden Iran Hassan Rouhani (kiri), Presiden Rusia Vladimir Putin (tengah), dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. [http://aa.com.tr]

Hal itu menambah pasokan likuiditas hingga 10 miliar lira atau sekitar Rp 21 triliun untuk tabungan berbasis lira. Lalu ada tambahan likuiditas setara US$ 6 miliar atau sekitar Rp 88 triliun untuk pasar valuta asing. Selain itu, tambahan US$ 3 miliar setara emas atau sekitar Rp 44 triliun di pasar uang.

“Bank sentral menyatakan bakal menyediakan semua likuiditas perbankan yang dibutuhkan,” demikian dilansir Reuters.

Dalam wawancara pada Ahad malam, 12 Agustus 2018, Menteri Keuangan Turki Berat Albayrak menuturkan pemerintah Turki telah menyiapkan sejumlah paket ekonomi untuk mulai diterapkan pada Senin, 13 Agustus.

“Sejak Senin pagi dan seterusnya, lembaga-lembaga kami akan mengambil semua langkah yang diperlukan dan akan mengumumkannya ke pasar,” kata Albayrak, 40 tahun, yang juga menantu Erdogan, seperti dilansir Reuters, Senin.

Pasca-pengumuman ini, lira sempat menguat menjadi 6,4 lira per dolar Amerika dari sebelumnya 7,24 lira, meski kemudian melemah ke level 6,92 lira per dolar Amerika pada Senin.

Albayrak, yang pernah menjadi anggota parlemen, menikahi putri Erdogan pada 2004 dan memiliki tiga anak. Sebelumnya, pria yang meraih gelar master of business administration di Amerika ini pernah menjadi Menteri Energi dan Sumber Daya Alam serta menjadi CEO Calik Holding. Calik merupakan perusahaan asal Turki yang bergerak di bidang energi, telekomunikasi, tekstil, dan keuangan.

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


5 Film yang Dibintangi Nicolas Cage

1 hari lalu

Nicholas Cage. AP/Vadim Ghirda
5 Film yang Dibintangi Nicolas Cage

Nicolas Cage salah satu aktor senior yang telah membintangi banyak film. Apa saja?


Zulhas Klaim Kondisi Ekonomi Pasar Tanah Abang di Atas Rata-rata, Pengamat: Musiman Menjelang Ramadan

3 hari lalu

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan meninjau pasar pakaian Blok A Tanah Abang, Jakarta, Kamis 14 Maret 2024. Zulkifli Hasan mengunjungi Blok A Pasar Tanah Abang untuk melihat secara langsung para pedagang  penjual barang lokal menjelang hari raya Lebaran Idul Fitri nanti. TEMPO/Tony Hartawan
Zulhas Klaim Kondisi Ekonomi Pasar Tanah Abang di Atas Rata-rata, Pengamat: Musiman Menjelang Ramadan

Ekonom Celios tanggapi klaim Mendag Zulkifli Hasan atau Zulhas tentang geliat ekonomi Pasar Tanah Abang yang melebihi rata-rata.


6 Presiden Lajang di Dunia

4 hari lalu

Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri liturgi Natal Ortodoks di sebuah katedral di wilayah kediaman negara bagian Novo -Ogaryovo di luar Moskow, Rusia, 7 Januari 2024. Sputnik/Gavriil Grigorov/Pool via REUTERS
6 Presiden Lajang di Dunia

Berikut sederet presiden yang melajang saat memimpin.


Sebut Netanyahu 'Nazi' Masa Kini, Erdogan: Turki Tegas Dukung Hamas

9 hari lalu

Presiden Turki Tayyip Erdogan menghadiri konferensi pers dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz (tidak dalam gambar) di Kanselir di Berlin, Jerman, 17 November 2023. REUTERS/Liesa Johannssen
Sebut Netanyahu 'Nazi' Masa Kini, Erdogan: Turki Tegas Dukung Hamas

Erdogan telah menyebut Israel sebagai "negara teroris" dan menuduhnya melakukan "genosida" di Gaza.


Bertemu Zelensky, Erdogan Siap Fasilitasi Perundingan Damai Ukraina Rusia

10 hari lalu

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy berbicara sementara Presiden Turki Tayyip Erdogan mendengarkan konferensi pers setelah pertemuan mereka di Istanbul, Turki, 8 Maret 2024. REUTERS/Umit Bektas
Bertemu Zelensky, Erdogan Siap Fasilitasi Perundingan Damai Ukraina Rusia

Erdogan mengatakan Turki siap menjadi tuan rumah pertemuan puncak perundingan perdamaian Ukraina, dengan partisipasi Rusia.


IKN Bakal jadi Superhub Ekonomi

10 hari lalu

Presiden Jokowi pada acara groundbreaking Nusantara Intercultural School (NIS) di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur pada Rabu (01/11/2023). (Foto: BPMI Setpres)
IKN Bakal jadi Superhub Ekonomi

Deputi Perencanaan dan Pertanahan Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Mia Amalia mengatakan IKN bakal dijadikan sebagai superhub ekonomi Nusantara.


Inilah 4 Kelas Kereta Api Jarak Jauh yang Perlu Anda Ketahui

11 hari lalu

Sejumlah penumpang duduk di dalam gerbong Kereta Api Sindoro saat berhenti di Stasiun Tawang, Semarang, Jawa Tengah, Sabtu 30 Desember 2023. PT Kereta Api Indonesia (Persero) mencatat volume penumpang kereta api jarak jauh dan lokal selama periode libur Natal 2023 per 22-25 Desember 2023 yakni sebanyak 854.974 orang atau meningkat sebesar 42 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya hanya sebanyak 600.797 orang. ANTARA FOTO/Makna Zaezar
Inilah 4 Kelas Kereta Api Jarak Jauh yang Perlu Anda Ketahui

PT KAI menawarkan empat kelas untuk penumpang kereta api jarak jauh, yakni kelas eknomi, bisnis, eksekutif, dan luxury atau sleeper.


BI Laporkan Cadangan Devisa Indonesia Turun Jadi US$ 144 Miliar

11 hari lalu

Karyawan melintas di area perkantoran Bank Indonesia, Jakarta, Selasa, 31 Mei 2022. Peningkatan tingkat inflasi ini terutama didorong oleh peningkatan baik harga energi dan harga pangan. Yang kemudian ditransmisikan dalam peningkatan komponen volatile food dan administered price. TEMPO/Tony Hartawan
BI Laporkan Cadangan Devisa Indonesia Turun Jadi US$ 144 Miliar

BI mencatat cadangan devisa Indonesia pada akhir Februari 2024 senilai US$ 144 miliar.


Dua Profesor Ekonomi dan Bisnis Universitas Prasetiya Mulya Dikukuhkan

12 hari lalu

Universitas Prasetiya Mulya mengukuhkan dua orang profesor di bidang bisnis dan ekonomi pada Selasa, 5 Maret 2024, di Bumi Serpong Damai, Tangerang. Dok: Humas Universitas Prasetiya Mulya
Dua Profesor Ekonomi dan Bisnis Universitas Prasetiya Mulya Dikukuhkan

Pengukuhan kedua profesor berlangsung pada Selasa, 5 Maret 2024.


Rusia Sebut Negara-negara Barat Iri dengan Ekspansi BRICS

13 hari lalu

Para menteri luar negeri negara-negara BRICS berfoto bersama dengan perwakilan dari Afrika dan negara-negara Selatan pada pertemuan puncak di Cape Town, Afrika Selatan, 2 Juni 2023. BERPESTA. TIDAK ADA RESELLER. TIDAK ADA ARSIP. KREDIT WAJIB.
Rusia Sebut Negara-negara Barat Iri dengan Ekspansi BRICS

BRICS telah menyumbang 35,6 persen produk domestik bruto (PDB) global, sedangkan G7 menyumbang 30,3 persen.