TEMPO.CO, Jakarta -Dinas Sosial DKI Jakarta akan melibatkan pengurus masjid untuk menghalau pengemis dan gelandangan musiman yang biasa membanjiri Jakarta setiap menjelang Ramadan.
Kepala Dinas Sosial, Masrokhan, mengatakan kerja sama itu diperlukan karena terbuka kemungkinan pengemis musiman beroperasi di masjid-masjid.
Dinas Sosial, kata Masrokhan, akan mengantisipasi pengemis yang berpura-pura menjadi musafir selama bulan puasa. Mereka biasanya berpakaian rapi dan berhari-hari menginap di masjid. “Tapi ujung-ujungnya minta sedekah,” ujar Masrokhan di kantornya, Jumat, 11 Mei 2018.
Baca : Sandiaga Uno Klaim Tak Ada Lagi Manusia Gerobak di Jakarta
Masrokhan meminta pengurus masjid segera melapor ke Dinas Sosial bila menemukan orang dengan gelagat seperti itu. Dinas selanjutnya akan menghalau pengemis musiman tersebut atau mengembalikannya ke daerah asal.
Selain di masjid-masjid, menurut Masrokhan, pengemis dan gelandangan musiman biasanya meminta-minta di tempat ramai, seperti jembatan penyeberangan orang dan pasar tradisional. Bahkan ada juga pengemis yang beroperasi di tempat pemakaman umum.
Tahun ini, Dinas Sosial memetakan 284 lokasi di Ibu Kota yang rawan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS). Lokasi rawan itu menyebar di Jakarta Pusat sebanyak 34 titik, Jakarta Utara 63 titik, Jakarta Barat 57 titik, Jakarta Selatan 83 titik, dan Jakarta Timur 39 titik.
Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial, Chaidir, menambahkan, kawasan di Ibu Kota yang menjadi tempat tujuan para pengemis dadakan adalah pusat keramaian seperti Pasar Tanah Abang dan Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta Pusat.
Lokasi rawan PMKS tahun ini diperkirakan naik dari tahun lalu, sebanyak 276 titik. Selama Ramadan tahun lalu, Dinas menjaring 159 gelandangan, 84 pengemis, 135 pengamen jalanan, dan 77 orang telantar.
Simak juga : Depok Razia PKL dan Pengemis di Margonda, di Stasiun Dibiarkan
Pengemis dan gelandangan musiman, menurut Masrokhan, umumnya berasal dari kota penyangga Jakarta, seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Ada juga yang berasal dari kota-kota di Jawa Tengah, seperti Brebes dan Tegal.
Menurut Masrokhan, ada kemungkinan pengemis dan gelandangan musiman dimobilisasi pihak tertentu. Dinas juga menengarai ada pengemis dan gelandangan yang sengaja “menyewa” bayi atau anak-anak untuk mendapat simpati penderma. “Kalau terbukti ada praktik human trafficking, kami akan melibatkan kepolisian,” ujarnya.
Kepala Bidang Penegakan dan Penindakan Satuan Polisi Pamong Praja DKI Jakarta, Budhy Novian, mengatakan akan berkoordinasi dengan Dinas Sosial untuk menghalau pengemis dan gelandangan dadakan selama Ramadan itu.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI dari Komisi Bidang Kesejahteraan Rakyat, Sereida Tambunan, menuturkan, Dinas Sosial seharusnya bisa menghalau pengemis dan gelandangan musiman sebelum masuk wilayah Jakarta. Selain itu, kata dia, Dinas harus menyiapkan rumah singgah yang cukup untuk PMKS, sebelum mereka dipulangkan ke daerah asal.
Adapun Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengklaim sudah tak ada lagi orang-orang yang tinggal dalam gerobak di Ibu Kota. Dia mengatakan, pemerintah DKI Jakarta sudah menyediakan shelter dan makanan untuk para “manusia gerobak” tersebut.
Baca : Warga Barisan Siliwangi Kalibata Jadi Gelandangan di Ciliitan
"Di DKI itu sudah enggak ada lagi fenomena atau kejadian yang mengakibatkan manusia itu tinggal di gerobak. Semua sudah tertangani," katanya di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat, 11 Mei 2018.
Kendati mengklaim sudah tak ada lagi manusia gerobak di Jakarta, Sandiaga mengatakan bakal mengerahkan dinas sosial untuk mengantisipasi persoalan tersebut. "Pak Anies dan saya sudah arahkan, enggak boleh masuk bulan suci Ramadan ini ada orang kelaparan," ujarnya.
Sandiaga Uno berkeinginan pemerintah DKI Jakarta dapat melayani kelompok PMKS yang ada di Ibu Kota, termasuk para pengemis. Salah satu caranya, kata Sandiaga, yakni dengan memberikan buka puasa di masjid-masjid.
GANGSAR PARIKESIT | BUDIARTI UTAMI PUTRI
Lihat artikel Koran Tempo di sini.