Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Data Pengguna Bocor, Bos Facebook Didesak Bertanggung Jawab

image-gnews
Facebook CEO Mark Zuckerberg, bersaksi untuk dengar pendapat Komite Energi dan Perdagangan DPR mengenai penggunaan dan perlindungan data pengguna di Capitol Hill, Washington, 11 April 2018. REUTERS
Facebook CEO Mark Zuckerberg, bersaksi untuk dengar pendapat Komite Energi dan Perdagangan DPR mengenai penggunaan dan perlindungan data pengguna di Capitol Hill, Washington, 11 April 2018. REUTERS
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Lebih dari satu juta masyarakat dari seluruh dunia menandatangani petisi online yang menuntut CEO Facebook Inc. Mark Zuckerberg bertanggung jawab atas kasus kebocoran data 87 juta pengguna Facebook. Petisi itu digelar setelah tak sedikit data pribadi pengguna diduga dimanfaatkan secara tidak wajar oleh Cambridge Analytica.

Petisi itu digalang melalui situs Avaaz.org. Sampai berita ini diturunkan, sudah 1.048.447 orang dari seluruh dunia yang menandatangani petisi online ini, dari target yang dipatok sebanyak 1,5 juta penandatangan petisi. "Kepada Mark Zuckerberg, CEO Internet dan regulator pemerintah; Cukup sudah cukup. Kami menyerukan kepada Anda untuk melindungi demokrasi kami segera," tulis petisi tersebut, Kamis, 12 April 2018.

Baca: Ancam Tutup Facebook, Rudiantara Sebut 2 Alasan Utama Ini

Sedikitnya ada empat tuntutan yang ditulis dalam petisi tersebut. Pertama, Facebook melibatkan auditor independen atas penyalahgunaan data penggunanya.

Kedua, meminta penghapusan akun palsu dan bot. Ketiga, bersikap terbuka dengan pengguna terkait penyebaran berita palsu. Keempat, membendung penyebaran konten palsu dengan melibatkan pihak independen.

Tuntutan dari warga dunia ini muncul sejak terungkap kabar bahwa informasi pribadi milik jutaan penggunanya telah secara tidak wajar dipanen Cambridge Analytica. Cambridge Analytica merupakan perusahaan konsultan politik, yang salah satu kliennya adalah tim pemilihan Presiden Amerika Donald Trump.

Bos Facebook Mark Zuckerberg menyesali keamanan jejaring sosial buatannya yang kebobolan dan membuat data para penggunanya disalahgunakan tanpa izin. Atas kelalaiannya tersebut, Zuckerberg meminta maaf kepada Kongres Amerika Serikat.

Dalam kesaksian tertulisnya kepada anggota Kongres pada Senin, 9 April 2018, Zuckerberg mengakui bahwa jejaring media sosial seharusnya dapat berbuat lebih banyak untuk mencegah penyalahgunaan data para penggunanya. "Kami tidak melihat cukup luas tentang tanggung jawab kami, dan itu adalah kesalahan besar. Itu adalah kesalahan saya, dan saya minta maaf,” kata Zuckerberg, seperti dilansir dari The Washington Post, Selasa, 10 April 2018.

Tak berhenti di situ, pria berusia 33 tahun itu akhirnya diundang oleh Komite Perdagangan dan Peradilan Senat Amerika Serikat dalam dua kesempatan. Pertama, dalam sidang yang digelar di gedung Capitol Hill pada Selasa lalu, selama lima jam, senator dari Partai Demokrat dan Republik bergantian mencecar Zuckerberg perihal skandal pencurian data pribadi 87 pengguna di seluruh dunia yang melilit jaringan media sosial miliknya. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sehari berikutnya, Zuckerberg bersaksi bahwa dirinya juga merupakan korban penyalahgunaan data oleh Cambridge Analytica. Meski begitu ia memastikan bahwa setiap pengguna sebetulnya memiliki kemampuan pengendalian data pribadi sebelum membagikan sesuatu di Facebook. “Ada di situ.Tidak terkubur dalam pengaturan di suatu tempat tapi ada di situ," ucapnya seperti dikutip dari Reuters, 11 April 2018.  

Baca: Viral, CEO Facebook Duduki Bantal Bangku Khusus di Depan Kongres

Di Indonesia, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menyatakan telah mengirimkan surat peringatan (SP) yang kedua setelah ditemukan aplikasi lain yang juga memanfaatkan data dari Facebook. SP kedua dikirimkan berisi peringatan agar Facebook memberikan konfirmasi dan penjelasan penyalahgunaan data pribadi pengguna di Indonesia. Hal ini menyusul adanya indikasi 1 juta data pengguna Facebook asal Indonesia bocor dalam kasus Cambridge Analytica.

SP kedua itu dikirim karena ada temuan aplikasi serupa Cambridge Analytica seperti CubeYou dan AgregateIQ, aplikasi berupa kuis atau tes kepribadian di Facebook. Aplikasi ini yang dinilai berpotensi menjadi jembatan penyalahgunaan data.

Bila surat peringatan kedua itu tak direspons, maka pihaknya akan kembali mengirimkan surat peringatan. SP ketiga ini akan berujung pada penghentian operasi Facebook di Indonesia. "Tunggu aja. Kami sudah minta beberapa hal seperti apa aja yang kami minta. Perlahan-lahan kita minta. Kita juga harus realistis dalam artian timing-nya gimana," katanya seperti dikutip dari Bisnis, Rabu, 11 April 2018.

Sementara itu, Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Setyo Wasisto mengatakan bahwa perwakilan Facebook Indonesia meminta waktu untuk mengumpulkan data sebelum memenuhi panggilan pemeriksaan Bareskrim. Dengan demikian jadwal pemeriksaan yang sedianya pekan ini, diundur jadi pekan depan. "Jadi kemungkinan pekan depan baru bisa datang ke Direktorat Siber Bareskrim," katanya seperti dikutip dari Antara, Kamis, 12 April 2018.

Meski begitu, polisi hingga kini belum menerima laporan dari masyarakat terkait kebocoran data pengguna Facebook. Saat ini jumlah pengguna Facebook di Indonesia diperkirakan mencapai lebih dari 115 juta orang dari total pengguna media sosial itu di seluruh dunia sebanyak 2,07 miliar orang.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Selain Tim Cook, Siapa Saja Bos Perusahaan Teknologi Dunia yang Pernah Bertemu Jokowi?

5 hari lalu

Bos Apple Tim Cook bertemu Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan Jakarta, 17 April 2024. Foto: BPMI Setpres/Kris
Selain Tim Cook, Siapa Saja Bos Perusahaan Teknologi Dunia yang Pernah Bertemu Jokowi?

Selain CEO Apple Tim Cook, Jokowi tercatat beberapa kali pernah bertemu dengan bos-bos perusahaan dunia. Berikut daftarnya:


Sudah Bisa Diakses, Facebook Bikin Pembaruan Fitur Video Jadi Mirip di TikTok

18 hari lalu

Ilustrasi Facebook, TikTok, Twitter. (NDTV)
Sudah Bisa Diakses, Facebook Bikin Pembaruan Fitur Video Jadi Mirip di TikTok

Pada aplikasi TikTok telah menjadi pedoman tetap namun bagi Facebook, ini sebuah inovasi dan kemajuan.


Cara Unblock Akun Seseorang di Facebook dengan Mudah

20 hari lalu

Cara download video Facebook di HP bisa dilakukan dengan mudah tanpa aplikasi. Anda hanya tinggal mengcopy tautan video Facebook.  Foto: Canva
Cara Unblock Akun Seseorang di Facebook dengan Mudah

Ada beberapa cara unblock teman di Facebook, bisa melalui handphone maupun laptop. Cukup ikuti beberapa langkah berikut ini.


Rayakan Hari Paskah dengan 55 Link Twibbon, Begini Cara Menggunakannya

24 hari lalu

Seorang wanita melintas dekat hiasan telur Paskah yang dilukis dengan gaya seni tradisional naif di Koprivnica, Kroasia, 27 Maret 2024. REUTERS/Antonio Bronic
Rayakan Hari Paskah dengan 55 Link Twibbon, Begini Cara Menggunakannya

Hari Paskah dapat dirayakan menggunakan twibbon beragam pilihan. Berikut memilih twibbon Hari Paskah yang sesuai selera dan cara menggunakannya!


Survei Meta Ungkap Pengguna Medsos Usia Muda di Indonesia Berani dan Aktif

25 hari lalu

WhatsApp mengumumkan peluncuran Avatar (Meta)
Survei Meta Ungkap Pengguna Medsos Usia Muda di Indonesia Berani dan Aktif

Sebanyak 87 persen responden dalam survei Meta menyatakan bahwa media sosial adalah platform efektif untuk sampaikan pesan dan mendorong perubahan.


WhatsApp Aplikasi Perpesanan Paling Populer, Semua Bermula di Sebuah Garasi Rumah pada 2009

25 hari lalu

Pendiri WhatsApp, Brian Acton. successstory.com
WhatsApp Aplikasi Perpesanan Paling Populer, Semua Bermula di Sebuah Garasi Rumah pada 2009

WhatsApp dibuat 2 mantan karyawan Yahoo, Brian Acton dan Jan Koum pada 2009 di sebuah garasi rumah di California. Begini perkembangannya.


Fitur Khusus Meta untuk Batasi Konten Politik, Begini Cara Mengaktifkannya

27 hari lalu

Fitur Khusus Meta untuk Batasi Konten Politik, Begini Cara Mengaktifkannya

Meta menambahkan fitur khusus untuk membatasi konten politik pada platform yang dinaunginya, terutama Instagram.


Begini Cara Download Stiker WhatsApp Edisi Ramadan

38 hari lalu

Ilustrasi pengguna WhatsApp. Reuters/Dado Ruvic
Begini Cara Download Stiker WhatsApp Edisi Ramadan

WhatsApp meluncurkan paket stiker terbarunya di Indonesia berkaitan dengan bulan Ramadan. Begini cara downlioad stiker WhatsApp edisi Ramdan.


Facebook Disebut Memblokir Akun Jurnalis Foto Gaza Motaz Azaiza

38 hari lalu

Jurnalis foto Palestina asal Gaza Motaz Azaiza. FOTO/Instagram/motaz_azaiza
Facebook Disebut Memblokir Akun Jurnalis Foto Gaza Motaz Azaiza

Jurnalis foto terkenal Palestina asal Gaza, Motaz Azaiza, memposting di akun X-nya bahwa dia telah dilarang di Facebook.


Mengenal The Muqaddimah, Buku Karya Ibnu Khaldun yang Menjadi Favorit Mark Zuckerberg

43 hari lalu

Ibnu Khaldun
Mengenal The Muqaddimah, Buku Karya Ibnu Khaldun yang Menjadi Favorit Mark Zuckerberg

Mark Zuckerberg memilih Muqaddimah karya Ibnu Khaldun sebagai salah satu buku yang akan dibaca dalam inisiatif komunitasnya sebagai A Year of Books.