TEMPO.CO, Jakarta - Tumpahan minyak mentah milik PT Pertamina di Teluk Balikpapan semakin luas. Dari citra satelit pada 2 April 2018, area tercemar minyak seluas 120 kilometer persegi atau 12.000 hektare. Tiga hari kemudian, luasannya bertambah menjadi 200 kilometer atau 20.000 hektare.
Perluasan itu bisa disebabkan pengarus arus dan gelombang. Namun yang dikhawatirkan adalah masih terjadinya kebocoran pipa bawah laut yang berawal pada Sabtu, 31 Maret 2018.
Ketika itu, pipa penyalur minyak mentah dari Terminal Lawe-lawe di Penajam Paser Utara ke kilang Balikpapan, patah. Adapun pipa penyalur berdiameter 20 inci dengan ketebalan 12 milimeter tersebut berada di dasar laut dengan kedalaman 20-25 meter.
Baca: Pertamina: Tumpahan Minyak di Balikpapan Akibat Pipa Patah
Ahli oseanografi Institut Pertanian Bogor, Alan F. Koropitan, mengatakan tumpahan minyak dalam jumlah besar itu bisa merusak ekosistem secara meluas dan berlangsung lama. “Akan mematikan ekosistem di perairan itu,” kata dia kepada Tempo, 5 April 2018.
Tumpahan minyak mentah dapat membunuh biota laut. “Biota paling kecil sampai ikan bisa mati,” kata Alan. Tumpahan minyak mentah juga mengganggu ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang.
Tumpahan minyak yang menyebar ke dalam ekosistem mangrove, kata Alan, masih bisa dibersihkan. Namun jika mengenai ekosistem lamun dan terumbu karang, tumpahan dapat berakibat kerusakan.
Alan berharap pemerintah dan Pertamina bisa secepatnya membersihkan perairan tersebut dari minyak. Sebab, minyak yang memiliki kepadatan tinggi itu terus menutupi permukaan perairan dan menghalangi sinar matahari, sehingga proses fotosintesis bisa terganggu. Akibatnya, dalam jangka panjang, ekosistem di wilayah tersebut bisa mati.
Direktur Wahana Lingkungan Hidup Kalimantan Timur, Fathur Roziqin Fen, menilai dampak jangka panjang dari tumpahnya minyak tersebut adalah krisis di Teluk Balikpapan. Mulai dari matinya biota laut, mangrove, budi daya kepiting, hingga nelayan yang dirugikan puluhan miliar. “Ini mengakibatkan merosotnya pendapatan nelayan,” kata dia.
Baca: Tumpahan Minyak di Balikpapan, Menko Luhut: Bukan Salah Pertamina
Dinamisator Jaringan Advokasi Tambang Kalimantan Timur, Pradarma Rupang, mengatakan ada sedikitnya 18 temuan kerugian akibat tumpahnya minyak mentah di Teluk Balikpapan. Peristiwa tersebut telah mengakibatkan tewasnya lima nelayan.
Kerugian lain adalah rusaknya ekosistem di pesisir Balikpapan hingga radius 80 kilometer, berpindahnya spesies mamalia seperti pesut akibat terkena ceceran minyak, hingga hilangnya mata pencarian ratusan nelayan.
Pradarma mengingatkan, kejadian ini bukan yang pertama. Peristiwa yang sama juga pernah terjadi pada 2004 dan 2017. Karena itu, dia mendesak supaya keamanan pipa minyak Pertamina diaudit.
“Kami tidak pernah tahu bagaimana proses audit internal mengenai keamanan dari manajemen pengelolaan pipa minyak Pertamina,” kata dia.
Simak: Tumpahan Minyak Terbakar di Perairan Balikpapan, 2 Nelayan Tewas
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya sudah meminta Pertamina membantu menangani dampak kerusakan ekosistem di lokasi tersebut. Selain itu, upaya penegakan hukum akan dilakukan.
“KLHK akan memeriksa hukum perdata dan sanksi administratif, serta mediasi masyarakat,” ujarnya.
Sementara itu, Manajer Komunikasi Pertamina wilayah Kalimantan, Yudi Nugraha, belum bersedia berkomentar banyak soal tumpahan minyak. Ia baru memastikan bahwa koordinasi antara Pertamina dan Kepolisian Daerah Kalimantan Timur sudah dilakukan.
“Direktorat reserse kriminal telah mendatangkan tim laboratorium forensik untuk menyelidiki detail pipa dan minyak untuk menyelidiki apa yang menjadi penyebab pipa tersebut terseret hingga putus,” kata dia.
DEWI NURITA, SG WIBISONO
Area yang terkena dampak
-Sekitar 7.000 hektare, dengan panjang pantai yang terkena dampak di sisi Kota Balikpapan dan Penajam Paser Utara mencapai 60 kilometer. Hasil analisis satelit pada 1 April 2018 mengestimasi total luas tumpahan minyak di Teluk Balikpapan mencapai 12.987,2 hektare.
Dampak ekosistem
-Tanaman mangrove seluas sekitar 34 hektare di Kelurahan Karingau RT 1 dan 2.
-Tanaman mangrove seluas sekitar 6.000 hektare di Kampung Atas Air Margasari.
-Sebanyak 2.000 bibit mangrove di Kampung Atas Air Margasari.
-Satu ekor pesut mati.
-Ikan yang dikonsumsi penduduk terpapar minyak.
-Budidaya kepiting gagal panen.
-Empat kawasan terumbu karang rusak.
-Lima kawasan padang lamun terancam mati.
-Habitat mamalia terganggu dan satwa terancam bermigrasi.
-Budidaya rumput laut rusak
-Plankton musnah.
Penduduk yang terkena dampak
-Sebanyak 5 orang nelayan tewas.
-Masyarakat di area sekitar tumpahan minyak mengeluh mual dan pusing akibat bau minyak yang menyengat selama beberapa hari.
-Sebanyak 162 nelayan terancam tidak bisa melaut.
-Sekitar 900 ribu jiwa warga Balikpapan dan Penajam Paser Utara terancam kanker.
-Balikpapan dan Penajam Paser Utara terancam krisis air bersih.
Kerugian kapal nelayan
-Dua kapal nelayan terbakar.
-Satu kapal kargo terbakar.
-Alat tangkap nelayan tidak berfungsi.
Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Koalisi Masyarakat Peduli Tumpahan Minyak Teluk Balikpapan.