TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akan berkoordinasi dengan Biro Investigasi Federal (FBI) Amerika Serikat untuk mengungkap peran Setya Novanto dalam kasus korupsi proyek pengadaan kartu tanda penduduk berbasis elektronik (e-KTP). “Fakta yang muncul di persidangan Amerika akan kami koordinasikan lebih lanjut,” kata juru bicara KPK, Febri Diansyah, Kamis, 5 Oktober 2017.
Sebelumnya, FBI menelisik aset Direktur Biomorf Lone, selaku vendor sistem identifikasi sidik jari otomatis e-KTP, Johannes Marliem. Sebagian laporan investigasi FBI terungkap dalam sidang upaya perampasan aset Johannes Marliem di Pengadilan Minnesota, Amerika Serikat, akhir September lalu.
Baca: Petinggi Golkar Mengelak Soal Dugaan Hadiah Arloji Setya Novanto
Agen khusus FBI, Jonathan Holden, seperti dikutip Startribune dan Wehoville, mengatakan Biomorf menerima lebih dari US$ 50 juta untuk pembayaran subkontrak proyek e-KTP. Sebagian duit itu mengalir ke rekening pribadi Marliem. Pada Juli 2011-Maret 2014, Marliem menerima dana US$ 13 juta atau Rp 175 miliar.
Berdasarkan penelusuran FBI, Marliem memakai uang tersebut untuk membeli rumah, mobil, hingga jam tangan mewah. Saat diperiksa di Konsulat Indonesia di Los Angeles pada Juli lalu, Marliem mengatakan pernah membeli jam tangan seharga Rp 1,8 miliar untuk anggota Dewan Perwakilan Rakyat, yang diduga Setya Novanto.
Marliem juga mengaku mentransfer US$ 700 ribu ke rekening mantan Ketua Komisi II DPR, Chairuman Harahap. Namun, sewaktu menjadi saksi untuk terdakwa Andi Agustinus pada September lalu, Chairuman menyatakan tak menerima duit sepeser pun dari proyek e-KTP.
Baca: Pakar Hukum Sebut Putusan Praperadilan Setya Novanto Bisa Gugur
Kepada Tempo, Marliem juga pernah mengatakan memiliki banyak bukti keterlibatan sejumlah orang dalam proyek e-KTP. Sebelum membeberkan bukti itu, Marliem tewas bunuh diri pada 9 Agustus lalu.
Seorang penegak hukum di Jakarta mengatakan KPK akan memakai semua temuan dan laporan FBI sebagai alat bukti baru. Laporan FBI, menurut si penegak hukum, juga relevan untuk mempertegas keterlibatan Setya dalam kasus e-KTP.
Febri enggan berkomentar perihal rencana penggunaan temuan FBI tersebut. Dia hanya mengatakan KPK dan FBI sudah bekerja sama dalam sejumlah kasus. “Jika ada kebutuhan pencarian bukti di luar negeri, kami melakukan kerja sama,” katanya.
Baca: Fahri Hamzah: Setya Novanto Berdiri Saja Ngantuk, Apalagi Duduk
Setya Novanto belum bisa dimintai konfirmasi. Panggilan telepon dan pesan pendek yang dikirim Tempo ke tiga nomor pribadinya tidak berbalas. Dalam sejumlah kesempatan, Ketua Umum Partai Golkar itu membantah terlibat ataupun menerima duit suap e-KTP. Setya pun pernah membantah mengenal Marliem. “Saya tak kenal,” kata Setya seusai sidang paripurna DPR, April lalu.
FRANSISCO ROSARIANS | AGUNG S.