Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Petani Minta Ganti Rugi Rp 22,579 Miliar

Reporter

Editor

image-gnews
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta:  Petani di Desa Grabag, Kecamatan Grabag, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, menuntut ganti rugi Rp 22,579 miliar kepada PT Sarana Harapan Indopangan (SHI). Tuntutan ganti rugi ini diajukan menyusul gagal panen 96,22 hektare padi jenis Super Toy HL-2 yang diprkarsai perusahaan tersebut.

“Dulu PT SHI berjanji akan mengganti kerugian jika gagal panen. Kini, padi Super Toy yang kami tanam benar-benar tak bisa dipanen,” kata Kepala Desa Grabag, Gandung Sumriyadi, kepada Tempo, Kamis (4/9).

Menurut Gandung,  petani di Desa Grabag menyerahkan pengurusan ganti rugi ini melalui kepala desa. Berdasar hasil musyawarah, petani  mengajukan ganti rugi sebesar Rp 24 ribu per ubin kepada PT SHI.  Satu ubin setara dengan 14 meter per segi.  Sedangkan satu hektare lahan  setara dengan 700 ubin. Dengan demikian, jumlah tuntutan ganti rugi yang diajukan petani  mencapai  Rp 22,579 miliar.

“Masalahnya, sampai sat ini tidak ada satu orang pun dari PT SHI yang bisa kami temui. Mereka sudah menghilang dari Purworejo. Itu sebabnya,  petani kesal, membabati tanaman padi  kemudian membakarnya," papar Gandung.

Upaya mencari pimpinan  PT Sarana Harapan Inopangan sudah dicoba ke beberapa tempat, termasuk menghubungi melalui telepon. Sejak awal, kata Gandung,  petani  Grabag  merasa tertipu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dari 103 hektare lahan yang ditanami padi jenis Super Toy, ternyata hanya mampu menghasilkan gabah seberat 3,5 ton per hektare saat panen raya pada  April lalu. “Padahal, semula PT SHI menjamin produktivitasnya mencapai 13 ton per hektare,” jelas Gandung.

Lantaran  produktivitasnya rendah, luas areal tanam menyusut menjadi 96,22 hektare. Sejumlah petani yang  bertahan dengan menanam varietas Super Toy berharap janji PT SHI pada panen kedua  menghasilkan 15 ton per hektare terbukti.  Pada panenan kedua  menunggu tunas dari tanaman lama (singgang).

“Ternyata malah gagal total. Bulir padinya gabug (tak berisi) alias kopong semua. Itu sebabnya petani marah,” beber Gandung.  Pengalaman pahit ini membuat  petani antimenanam padi  Super Toy HL 2. “Musim penghujan nanti kami sudah bertekad untuk menanam padi jenis IR64 seperti dulu yang sudah terbukti berhasil,” tegas Gandung.

Heru CN

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pertanian, Pangan, dan Kemerdekaan

9 Juli 2015

Pertanian, Pangan, dan Kemerdekaan

"Apakah ada hubungan antara pertanian, pangan, dan kemerdekaan?" Pertanyaan kawan saya ini memicu pikiran untuk menulis artikel tersebut, menjelang perayaan ulang tahun kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ke-70 pada 17 Agustus 2015.


Kalla Minta Sponsor Super Toy Bertanggung Jawab  

6 September 2008

Kalla Minta Sponsor Super Toy Bertanggung Jawab  

Kasus ini bermula dari kekecewaan petani Grabag dengan membakar tanaman padi karena gagal panen.


Padi Unggul Super Toy Belum Lulus Uji  

4 September 2008

Padi Unggul Super Toy Belum Lulus Uji  

Meski telah diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, padi itu hanya lulus pada aspek teknologi.