Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Hitung Cepat Pilih Jokowi-Ahok Pimpin Jakarta

Reporter

Editor

image-gnews
Joko Widodo dan Basuki T. Purnama (Ahok). TEMPO/Dhemas Reviyanto
Joko Widodo dan Basuki T. Purnama (Ahok). TEMPO/Dhemas Reviyanto
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Hitung cepat versi Lingkaran Survei Indonesia menunjukkan pasangan Jokowi-Ahok memimpin dengan 53,75 persen. Menyalip pasangan inkumben Fauzi Bowo-dan Nachrowi Ramli dengan 46,25 persen.

Hasil yang tak beda jauh juga ditunjukkan dari Lembaga Survei di Indonesia. Suara dari pasangan nomor urut tiga itu memimpin dengan posisi 53, 77 persen. Adapun pasangan nomor urut satu mengantongi presentasi 46,23 persen.

Terakhir dari Indobarometer, suara calon yang disokong PDI-Perjuangan ini menguasai 54,3 persen. Perolehan itu mengagalkan ambisi inkumben Fauzi Bowo yang hanya meraup 45,7 persen suara.

Meski memudahkan para pendukung untuk melihat perjuangan para kandidat, ternyata hitung cepat ini dianggap menyalahi aturan. Indonesia Media Watch mengadukan dua stasiun televisi yang dianggap melanggar aturan jadwal penayangan hitung cepat (quick count) ke Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).

Mereka mengadukan Metro TV dan TVone karena menggaungkan hitung cepat dimulai pukul 11.30 WIB. Padahal Komisi Penyiaran Indonesia Daerah menyarankan hitung cepat dimulai pukul 13.00 WIB. Hasil pantauan Tempo, hitung cepat memang diawali pada pukul 1 siang. Tapi acaranya yang diisi bincang-bincang sudah dimulai sejam sebelumnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Rata-rata selisih perolehan suara Foke dan Jokowi sebesar 9,4 persen. Angka inilah serupa dengan angka pemilih mengambang yang ditulis sebagai headline utama Koran Temp0, Kamis, 20 September 2012. "Swing voter bisa menyumbang suara tambahan hingga 40 persen," ujar peneliti senior Lembaga Survei Indonesia Burhanudin Muhtadi.

Belum ada analisa dan jawaban resmi tentang kemenangan sementara pria asal Solo ini. Tapi kini seluruh pendukung Jokowi yang memeriahkan Jakarta dengan baju kotak-kotak, siap berpesta dan tentunya menagih janji-janji kampanye.

DIANING SARI | ANDI PERDANA

Berita terkait:
Korban Kebakaran Tak Akan Coblos Calon Lain
Tiba di Bandara, Jokowi Sambangi Sopir Taksi

Penyebar Selebaran Isu SARA Jadi Tersangka

Tetangga Nara Mantap Pilih Jokowi

Guru Laporkan Dinas Pendidikan Jakarta ke Panwaslu

New York Times Soroti Pencalonan Joko Widodo

Jokowi: Tidak Ada Skenario Kalah

Istri Jokowi Kirim Doa dari Solo

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Perilaku Pemilih Pilkada DKI

21 Maret 2017

Perilaku Pemilih Pilkada DKI

Perdebatan perilaku pemilih dalam Pemilihan Kepala Daerah DKI 2017 kali ini sangat menarik. Tulisan Eep Saefulloh Fatah di kolom majalah Tempo edisi 12 Maret 2017 menggelitik karena menafikan dua teori utama dalam melihat pemilih DKI. Pemilih rasional sering terlalu disederhanakan sebagai pemilih yang menggunakan akal sehat dan diterjemahkan dalam pilkada ketika pemilih melihat kinerja sebagai basis pilihan. Politik aliran lebih melihat sekat-sekat kelompok, khususnya agama, sebagai salah satu penentu bagi pemilih di Indonesia.


Perilaku Pemilih Pilkada DKI

21 Maret 2017

Perilaku Pemilih Pilkada DKI

Perdebatan perilaku pemilih dalam Pemilihan Kepala Daerah DKI 2017 kali ini sangat menarik. Tulisan Eep Saefulloh Fatah di kolom majalah Tempo edisi 12 Maret 2017 menggelitik karena menafikan dua teori utama dalam melihat pemilih DKI. Pemilih rasional sering terlalu disederhanakan sebagai pemilih yang menggunakan akal sehat dan diterjemahkan dalam pilkada ketika pemilih melihat kinerja sebagai basis pilihan. Politik aliran lebih melihat sekat-sekat kelompok, khususnya agama, sebagai salah satu penentu bagi pemilih di Indonesia.


Jokowi - Ahok Disenggol Isu SARA

17 Juli 2012

Jakarta Baru, Jokowi dan Basuki. citizenjurnalism.com
Jokowi - Ahok Disenggol Isu SARA

Meski aksi jegal kandidat pada pasangan pemenang putaran pertama pemilihan Pilkada DKI Jakarta versi hitung cepat Jokowi-Ahok terus bergulir


Jokowi Klaim Didukung Tiga Kandidat

13 Juli 2012

Jokowi menanda tangani berkas-berkas yang menumpuk selama ditinggal cuti kampanye dan pencoblosan pilkada jakarta di rumah dinas wali kota, 12-7, 2012. Begitu tiba dari Jakarta, Jokowi menyempatkan melihat dan mengecek berkas yang harus segera ditanda tangani. Tempo/Ukky Primartantyo
Jokowi Klaim Didukung Tiga Kandidat

"Saya bebaskan mereka pilih siapa pun."


Sentimen Negatif Foke-Nara *)

8 Juni 2012

Sentimen Negatif Foke-Nara *)

Namun pengalaman pada beberapa pemilihan di tempat lain membuktikan upaya untuk mengatasi stigma negatif terhadap petahana ini tidak mudah dilakukan. Sejumlah kasus menunjukkan bahwa petahana yang elektabilitasnya melorot sulit mengalami recovery untuk tetap berada di atas para pesaingnya.


Jokowi Siap Genggam DKI-1

19 Maret 2012

Wali Kota Joko Widodo menyaksikan pentas Opera Van Java di Stadion R Maladi Sriwedari Solo, Sabtu malam (17/3). TEMPO/Ahmad Rafiq
Jokowi Siap Genggam DKI-1

Wali Kota Solo ini menyatakan siap menaklukkan Jakarta. "Sudah dari dulu saya sampaikan, saya siap," kata Jokowi.


Koalisi Dukung Fauzi Tandingi Alex-Nono

17 Maret 2012

Fauzi Bowo. TEMPO/Subekti
Koalisi Dukung Fauzi Tandingi Alex-Nono

Fauzi, berbekal dukungan dari Demokrat, diagendakan siap merapat ke PDI Perjuangan.


Mundurnya Wakil Gubernur Prijanto

27 Desember 2011

Prijanto, Wakil Gubernur DKI Jakarta saat akan meresmikan Pos Terpadu di Perum Permata, Cengkareng, Jakarta (29/06). TEMPO/Arif Fadillah
Mundurnya Wakil Gubernur Prijanto

Pakar hukum tata negara dari Universitas Andalas, Saldi Isra, menilai mundurnya Prijanto sebagai sinyal bahwa posisi wakil kepala daerah sebaiknya dihapuskan.