TEMPO.CO, Jakarta - Pengepungan kantor Yayasan Lembaga Hukum Indonesia (YLBHI) di Jalan Diponegoro, Jakarta, mencederai demokrasi. Setidaknya 2.000 orang memaksa masuk ke kantor yang juga menjadi markas LBH Jakarta itu. Selain membubarkan acara seminar, mereka menggagalkan kegiatan seni. Hasutan mereka sebar dengan mengatakan kegiatan itu digelar oleh PKI (Partai Komunis Indonesia) dan simpatisannya.
Selama tiga hari, Sabtu, Minggu dan Senin, suasana kantor YLBHI di Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, itu mencekam. Hampir 43 jam lamanya massa mengepung lalu merusak kantor tempat rakyat miskin mencari keadilan tersebut. Bentrokan antara massa yang menolak acara dengan aparat Kepolisian pecah. Massa melempari polisi dan gedung dengan batu dan botol. Polisi akhirnya membubarkan massa dengan water canon.
Baca juga: Kivlan Zein Bantah Disebut Aktor Penyerangan ke YLBHI
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Raden Prabowo Argo Yuwono mengatakan, kegiatan yang diselenggarakan di LBH Jakarta memiliki isu sensitif. Polisi sebelumnya sudah mengimbau agar kegiatan tidak dilanjutkan lantaran belum adanya izin. "Itu diskusi, dialog, harus ada perizinan." Ketua Advokasi LBH Jakarta Muhammad Isnur menduga ada aktor di balik penyerangan kantornya. Berikut ini ketegangan di LBH Jakarta sejak Sabtu hingga Senin dinihari lalu.
Sabtu, 16 September
07.00
Sebanyak 70 polisi menutup akses jalan masuk menuju LBH Jakarta—satu lokasi dengan YLBHI.
12.00
Jumlah polisi terus bertambah. Massa Laskar Merah Putih dan FPI mulai terlihat di kantor YLBHI. Polisi berkeras melarang seminar tentang tragedi kemanusiaan 1965 yang diadakan di sana.
15.58
Polisi merengsek masuk gedung dan mencopot spanduk acara. Seminar pun batal terselenggara.
Minggu, 17 September
15.00 - 21.00
YLBHI mengadakan acara seni dengan tema “Asik Asik Aksi”. Mereka membaca puisi serta menggelar pentas musik dan stand-up comedy. Acara ini sebagai bentuk keprihatinan atas pembubaran seminar sejarah tentang 1965 sehari sebelumnya.
21.30
Puluhan orang tanpa spanduk dan atribut mulai berunjuk rasa di depan kantor YLBHI. Mereka berteriak, “Ganyang PKI,” dan menuduh acara di dalam kantor YLBI merupakan kegiatan PKI.
23.00
Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Idham Aziz datang ke kantor YLBHI. Dia meminta massa mundur. Idham juga meminta massa berdialog dengannya dan anggota YLBHI.
24.00
Kapolres Jakarta Pusat, Komisaris Besar Suyudi Ario Seto, masuk ke kantor YLBHI. Setelah itu, Seto menyakinkan massa bahwa tak ada kegiatan PKI di sana. Massa tidak percaya dan menolak bubar.
Senin, 18 September
00.48
Massa semakin beringas. Mereka melemparkan batu dan botol ke gedung YLBHI.
03.34
Polisi menghalau massa agar mereka meninggalkan gedung YLBHI, tapi massa melawan. Polisi menggunakan gas air mata dan menyemprotkan cairan dari water canon.
04.00
Massa mundur dari kantor YLBHI. Lokasi berangsur steril dari massa yang mengamuk.
HUSSEIN ABRI DONGORAN