TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah berencana merelokasi 34 ribu kepala keluarga dari bantaran Kali Ciliwung. Menteri Pemerintahan Rakyat Djan Faridz mengatakan kebijakan itu bakal memindahkan warga sekitar di Kampung Melayu, Jakarta Timur, sampai Srengseng, Jakarta Selatan.
Jumlah 34 ribu itu, kata Djan Faridz, bakal dipindahkan ke dua tempat. Sekitar enam ribu kepala keluarga ke rumah susun di Pasar Rumput, Jakarta Selatan, dan tanah milik Dinas Teknis Jakarta. Sedangkan sebanyak 28 ribu, diungsikan ke atas Depo Kereta Api Manggarai. Tapi untuk itu, Djan Faridz perlu persetujuan Kementerian Pekerjaan Umum dahulu.
Djan Faridz berencana mengubah Pasar Rumput menjadi pasar berskala internasional. Dengan ketinggian 24 lantai, ia bakal membagi bangunan menjadi dua fungsi. Di lantai bawah sebagai pusat perdagangan kerajinan, pindahan pedagang dari Jalan Surabaya, dan bagian atas untuk tempat tinggal.
Menurut Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono, pemindahan warga dilakukan agar Sungai Ciliwung bisa direvitalisasi dengan pelebaran sebesar 50-60 meter. Saat ini, besarnya Sungai Ciliwung hanya 20-30 meter.
Revitalisasi sungai bertujuan untuk mengatasi banjir di Jakarta,” kata Agung usai rapat kerja bersama Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dan Djan Faridz, Jumat, 23 November 2012. (Baca: 34 Ribu Keluarga di Kali Ciliwung Diungsikan)
Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, sendiri menyatakan akan terjun langsung ke warga bantaran Sungai Ciliwung. Tujuannya, untuk melakukan pendekatan. "Ya, saya akan bicara agar warga mau ditata," ujar Jokowi, sapaan Joko Widodo. “Saya akan turun, warga pasti mau pindah.”
Pembangunan rusun diperkirakan berlangsung selama satu tahun lebih. Setelah itu, warga bantaran Kali Ciliwung mulai memasuki rumah susun. Kalau warga sudah pindah, kata Jokowi, Dinas Pekerjaan Umum akan memulai proses normalisasi Ciliwung.
Soal biaya sewa, Jokowi membuka kemungkinan adanya subsidi. Hal itu berlaku bila warga memang keberatan dengan sistem pembayaran kontrak. " Yang paling penting ini dalam rangka mengatasi banjir dan mengatasi pemukiman kumuh,” kata Jokowi.
Di samping revitalisasi Ciliwung, pemerintah DKI Jakarta juga akan menormalisasi Kali Pesanggrahan. Berdasarkan agenda, seharusnya normalisasi sudah dilakukan. Namun mereka kesalip banjir yang lebih cepat. “Kalau sudah musim kering, langsung kami percepat, kebut, " kata Jokowi. (Baca Jokowi Bertugas Merayu Warga Pindah dari Ciliwung)
Dalam sepekan terakhir, hujan lebat terus mengguyur Kota Depok dan Puncak Bogor. Akibatnya, ketinggian air pada pos pemantauan Sungai Ciliwung, di bawah Jembatan Panus, Depok, menyentuh angka siaga hingga empat kali. Bahkan sekali di antaranya berstatus siaga II.
"Sudah empat kali siaga, kami langsung melaporkan ke pusat (PU) dan Manggarai setiap menit," kata petugas pemantau ketinggian air sungai Ciliwung di Jembatan Panus, Arif.
Dari catatan pemantauan per jam-nya, siaga tiga terjadi sepanjang 17-18 November 2012, dengan ketinggian 230 sentimeter. Sedangkan pada 20 November 2012 berstatus siaga IV, ketinggian air mencapai 190 sentimeter, dan 22 November 2012 pintu air berstatus siaga II dengan ketinggian 280 sentimeter.
“Beberapa wilayah yang waspada banjir adalah Pangadengan, Gang Arus, Rawajati, Kali Bata, Bukit Duri, Kebon Baru, Bidara Cina, Kampung Melalayu, Matraman Dalam, dan daerah sepanjang Ciliwung,” kata Arif.
ILHAM TIRTA | TRI ARTINING PUTRI | SUNDARI | CORNILA DESYANA
Berita lain:
Jokowi Klaim Telah Memetakan Proyek Kampung Deret
Pemerintah Akan Rehabilitasi 1.300 Rumah Veteran
Nur Mahmudi Dukung 1.000 Rumah untuk Wartawan
Pemerintah Bangun Rumah Rp 25 Juta untuk PNS
250 Ribu Rumah Tak Layak Huni Akan Diperbaiki