TEMPO.CO, Jakarta - Sepertinya percuma mengkritik Dewan Perwakilan Rakyat soal studi banding ke luar negeri. Meski berkali-kali digempur dengan kritik pedas publik soal tidak efektifnya perjalanan mereka, toh mereka tak peduli. Setelah kunjungan DPR ke Jerman dan Inggris terkait Undang-Undang Keinsinyuran bulan lalu ramai jadi perbincangan, kali ini anggota Dewan melancong ke Paris, Prancis, untuk urusan sapi. Lihat juga Bahas HewanTernak, DPR Plesir ke Prancis
Menurut Wakil Ketua Komisi Peternakan DPR, Firman Subagyo, keberangkatan 11 koleganya berkaitan dengan revisi Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Tepatnya, DPR bermaksud menyiasati ketentuan soal aturan zone based import yang sudah dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi. Aturan ini memperbolehkan Indonesia mengimpor daging dan sapi langsung dari area tertentu di suatu negara.
Alasan lain dikemukakan Wakil Ketua Komisi Peternakan, Ibnu Multazam. Menurut dia, kunjungan ini juga berkaitan dengan upaya menanggulangi penyakit mulut dan kuku pada sapi. “Prancis sukses dalam swasembada daging. Mereka juga berhasil menanggulangi penyakit mulut dan kuku pada hewan,” katanya.
Anggota Komisi Peternakan, Rosyid Hidayat, yang ikut ke Prancis, mengatakan alasan mengapa DPR memilih Prancis sebagai negara pembanding. Menurut dia, Prancis dipilih karena Organisasi Kesehatan Ternak Dunia atau International des Epizooties bermarkas di Paris.
Kunjungan itu juga terkait dengan putusan MK yang membatalkan mengenai zona based yang menyebabkan Indonesia tidak bebas mengimpor sapi. Dan Prancis merupakan negara yang menganut sistem zone based. "Ketika diterapkan di sini justru diuji materi ke MK," kata dia.
Kunjungan untuk membahas soal sapi dan ternak lainnya ini bukan hanya ke Prancis saja. Setelah kunjungan ke salah satu negara di benua Eropa itu, sejumlah anggota Komisi Peternakan akan terbang Cina. Jika rombongan ke Prancis dipimpin oleh Ketua Komisi Romahurmuziy, rombongan yang ke Cina dipimpin oleh Wakil Ketua Herman Khaeron.
Ibnu Multazam beralasan dipilihnya dua negara, yaitu Prancis dan Cina karena keduanya sukses dalam swasembada daging. Dan ini sangat cocok dengan rencana pemerintah Indonesia yang akan mencanangkan swasembada daging pada 2014.
Kritik datang dari peneliti Indonesia Budget Center, Roy Salam. Menurut Roy, selama ini kunjungan anggota DPR ke luar negeri tak pernah ada hasilnya. Bahkan beberapa kali terungkap bahwa studi banding itu menjadi ajang jalan-jalan para anggota DPR. “Tapi percuma mengkritik. Mereka tak pernah peduli,” ujarnya.
Berdasarkan data Lembaga Pangan Dunia 2000-2008 dan data CME Group, lembaga riset mengenai produksi, Prancis tak pernah masuk 10 besar produsen sapi di dunia.
Pengamat peternakan dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia, Khudori, menilai kunjungan itu salah sasaran. “Kalau mau revisi soal zone based impor, harusnya ke Brasil karena mereka lebih getol untuk impor,” katanya. Menurut dia, kondisi sosial, ekonomi, dan iklim di Brasil juga mirip Indonesia sehingga DPR bisa lebih mempelajari swasembada daging.
Sedangkan pengamat dari Institut Pertanian Bogor, Bustanul Arifin, mengatakan penanganan penyakit mulut dan kuku lebih baik dipelajari di Cina, bukan di Prancis. “Saya tidak tahu kalau industri sapi di Prancis bagus,” ujarnya.
WAYAN AGUS PURNOMO | ANANDA TERESIA | ROSALINA | EVAN (PDAT) | PRAM
Baca juga:
Kunjungan ''Pelesiran'' Anggota DPR
DPR Klaim Jerman Tanggung Separuh Biaya Perjalanan
Undangan Jerman, Pansus RUU Pemda DPR Plesir
Kunjungan DPR ke Jerman Dinilai Cuma Akal-Akalan
Foto Kunjungan "Belanja" Dinas Anggota DPR ke Berlin