TEMPO.CO, Jakarta -Banjir yang terus meninggi pada sejumlah titik di Jakarta selama sepekan terakhir membuat Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menetapkan status tanggap darurat, Kamis, 17 Januari 2013. Kata Jokowi, sapaan akrab Joko Widodo, status itu berlaku 10 hari atau selama banjir besar melanda Jakarta. “Saya tetapkan status tanggap darurat ini hingga 27 Januari 2013," kata dia.
Kamis ini, banjir membenamkan rumah warga di kawasan padat penduduk al-Hawi dan Jalan Ciliwung 1, Cililitan, Jakarta Timur, setinggi 5 meter. Dan bukan rumah penduduk saja yang tertutup air, pun jalan protolol. Akibatnya lalu lintas terputus. Di Jalan Medan Merdeka Selatan, area kantor Jokowi pun tergenang air setinggi 30 sentimeter. Bahkan Istana Negara kelelep air sebetis, hingga Presiden Susilo bambang Yudhoyono dan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa menggulung celana hingga selutut.
Di Mahkamah Konstitusi, empat sidang batal karena banjir dan mati listrik. Komisi Pemberantasan Korupsi juga mengungsikan sementara tahanan mereka, seperti mantan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda Swaray Goeltom, ke lantai atas. Sebabnya lagi-lagi banjir selutut di ruang tahanan, pada lantai basement Gedung Komisi.
Banjir selutut yang juga mengepung Jalan Sudirman dan MH Thamrin membuat sejumlah kantor meliburkan karyawannya. Begitu pula dengan Sekolah Menengah Atas Negeri 8. Sejak Selasa, 15 Januari 2013, air setinggi satu meter membenamkan sekolah di Jalan Taman Bukitduri, Tebet, Jakarta Selatan ini.
Jokowi menegaskan tidak ada cuti bersama terkait banjir, sekaligus membantah pesan yang beredar melalui Blackberry. Namun, Jokowi meliburkan sekolah di kawasan rawan banjir. "Kalau untuk yang tidak bisa dikelola lagi, mau tidak mau, diliburkan," ujar dia.
Banjir juga merendam stasiun kereta Sudirman, Tanah Abang, Jakarta Kota, Cawang, dan Kampung Bandan. Akibatnya, jadwal kereta listrik commuter line kacau. Sedangkan di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, jadwal penerbangan berlaku normal. Namun bagi calon penumpang maskapai Guruda Airlines yang terjebak banjir, dapat tetap terbang dengan pesawat selanjutnya.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan banjir Jakarta bukan disebabkan tingginya intensitas hujan. Sebab curah hujan harian tertinggi pada Selasa dan Rabu kemarin hanya sekitar 100 milimeter. Jauh lebih rendah ketimbang yang terjadi pada Januari 2007, 340 milimeter. Kepala Pusat Studi Bencana Institut Pertanian Bogor, Euis Sunarti, membenarkan. Menurut dia, penyebab banjir adalah daya serap air di kawasan Puncak, Bogor, yang semakin lemah.
TIM TEMPO | CORNILA DESYANA